Sejarah Kalimantan menggambarkan perjalanan sejarah Pulau Kalimantan dimulai
sejak zaman prasejarah ketika manusia ras Austrolomelanesia memasuki daratan
Kalimantan pada tahun 8000 SM hingga sekarang.[rujukan?]
Bangsa Austronesia memasuki pulau
ini dari arah utara kemudian mendirikan pemukiman komunal rumah panjang.
Peperangan antar-klan menyebabkan pemukiman yang selalu berpindah-pindah. Adat
pengayauan yang dibawa dari Formosa (Taiwan) dan kepercayaan menghormati
leluhur dengan tradisi kuburan tempayan merupakan ciri umum kebiasaan
penduduknya. Pulau Kalimantan ini dikenal di seluruh dunia dengan nama Borneo
yaitu sejak abad ke-15 M. Nama Borneo itu berasal dari nama pohon Borneol (bahasa
Latin: Dryobalanops camphora)yang mengandung (C10H17.OH) terpetin,
bahan untuk antiseptik atau dipergunakan untuk minyak wangi dan kamper, kayu
kamper yang banyak tumbuh di Kalimantan,[1][2] kemudian oleh para pedagang dari
Eropa disebut pulau Borneo atau pulau penghasil borneol, Kerajaan Brunei yang
ketika datangnya bangsa Eropa ke wilayah Nusantara ini nama Brunei itu
dipelatkan oleh lidah mereka menjadi "Borneo"[rujukan?] dan
selanjutnya nama Borneo ini meluas ke seluruh dunia. Nama Pulau ini di
identikkan dengan nama Kerajaan Brunei[3] saat itu (Yaitu oleh para pedagang
Arab, Eropa serta China) karena Kerajaan Brunei pada masa itu merupakan
kerajaan yang terbesar di pulau ini, sehingga para pedagang dari seluruh
penjuru dunia yang akan berkunjung ke Pulau ini yang ditujunya meraka adalah
Kerajaan terbesar dipulau ini saat itu yaitu Kerajaan Brunei, sehingga pulau
ini kemudian disebut Pulau Brunei yang oleh pedagang Eropa kemudian di pelatkan
menjadi "Borneo". Nama Kalimantan dipakai di Kesultanan Banjar
kemudian oleh pemerintah Republik Indonesia dipakai sebagai nama Provinsi
Kalimantan.
- 8000 SM : Migrasi manusia ras Austrolomelanesia
memasuki daratan Kalimantan.
- 2500 SM : Migrasi nenek moyang suku Dayak dari
Formosa (Taiwan) ke Kalimantan membawa tradisi ngayau.
- 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau
Kalimantan.
Orang Melayu menyebutnya Pulau
Hujung Tanah (P'ulo Chung). Para pedagang asing datang ke pulau ini mencari
komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan
barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para
pendatang India maupun orang Melayu yang telah mendapat pengaruh budaya India
memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil
menemukan tambang emas dan intan untuk memenuhi permintaan pasar. Lokasi
pertambangan emas berkembang menjadi pemukiman sehingga diperlukan adanya suatu
kepemimpinan. Pengaruh India ditandai munculnya kerajaan tahap awal dengan
pemakaian gelar Maharaja bagi pemimpin suatu kekerabatan (bubuhan) dan
sekelompok orang lainnya yang bergabung dalam kepemimpinannya dalam kesatuan
wilayah wanua (distrik), yang saling berseberangan dengan wanua-wanua
tetangganya yang dihuni keluarga lainnya dengan dikepalai tetuanya sendiri.
Gelar India Selatan warman (yang melindungi) dilekatkan pada penguasa
wanua tersebut, yang kemudian memaksa wanua-wanua tetangganya membayar upeti
berupa emas dan hasil alam yang laku diekspor. Klan-klan (bubuhan) mulai
disatukan oleh suatu kekuatan politik yang memusat menjadi sebuah mandala
(kerajaan) yang sebenarnya bukan tradisi Austronesia. Kerajaan awal ini sudah
merupakan campuran ras yang datang dari beberapa daerah, tetapi di pedalaman
bangsa Austronesia masih hidup dalam komunitas rumah panjang yang mandiri dan
terpisah serta saling berperang untuk berburu kepala.
- 242-226 SM : Candi Agung di kota Amuntai
didirikan, merupakan situs kerajaan pertama. Pada tahun 1996, telah
dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang
menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan
Widianto, 1998:19-20).
- 200 : Penduduk Nusa Kencana migrasi ke pulau
Bawean selanjutnya ke pulau Jawa, sebagian melanjutkan perjalanan ke pulau
Pawinian (Karimun Jawa) menuju Sumatera.
- 400 : Pendatang India meng-hindu-kan raja dari
Kerajaan Kutai sehingga terbentuklah kerajaan Hindu pertama di Nusantara.
Prasasti Yupa dan Lesong Batu oleh Raja Mulawarman menandai zaman sejarah.
- 525 : Suku Melayu yang sudah mendapat pengaruh
India memperkenalkan sistem kerajaan kepada bangsa Austronesia di lembah
sungai Tabalong yaitu suku Maanyan dan suku Bukit sehingga berdirinya
Kerajaan Tanjungpuri/Kerajaan Nan Sarunai berpusat di Tanjung.
- 600 : Sebagian Proto Suku Dayak Maanyan bermigrasi
ke Madagaskar.
- 700 : Pengaruh Kerajaan Melayu dan Sriwijaya
ditandai penemuan patung Buddha Dipamkara dan batu bertulis aksara Pallawa
"siddha" dari abad ke-7 di sungai Amas, Kalimantan Selatan.
- 745 : Kedatangan Islam pertama kali di Nusantara
ditandai penemuan Batu Nisan Sandai di Sandai, Ketapang wilayah Kerajaan
Tanjungpura bertarikh 127 Hijriah (745 M).
- 1076 : Kerajaan Bulungan berpusat di kawasan
Bulungan sampai tahun 1156.
- 1156 : Pusat Kerajaan Bulungan berpindah ke
pesisir yakni, di kawasan sungai Kayan sampai 1216.
- 1222 : Berdirinya Kerajaan Singhasari, salah satu
propinsinya adalah Kerajaan Bakulapura di barat daya Kalimantan.
- 1292 : Ratu Sang Nata Pulang Pali I memerintah
Kerajaan Landak, Kalimantan Barat.
- 1293 : Berdirinya Kerajaan Majapahit dengan
wilayah pengaruhnya lama-kelamaan mencakup seluruh Kalimantan.
- 1300 : Aji Batara Agung Dewa Sakti menjadi Raja
Kutai Kartanegara I sampai tahun 1325. Ia mendirikan kerajaannya di Tepian
Batu yang kini dinamakan Kutai Lama.
- 1318 : Odorico da Pordenone seorang penjelajah
Italia mengunjungi Kalimantan.
- 1325 : Aji Batara Agung Paduka Nira menjadi Raja
Kutai Kartanegara II sampai tahun 1360.
- 1340 : Patih Gumantar memerintah di Kerajaan
Mempawah.
- 1360 : Aji Maharaja Sultan menjadi Raja Kutai
Kartanegara III sampai tahun 1420. Walupun raja belum memeluk Islam, dari
gelarnya menunjukkan sudah munculnya pengaruh Islam.
- 1362 : Nan Sarunai Usak Jawa, serangan yang
terulang oleh Marajampahit (Majapahit) terhadap Kerajaan Nan
Sarunai/Kerajaan Kuripan menyebabkan suku Bukit menyingkir ke pegunungan
Meratus dan suku Maanyan menyingkir ke daerah yang ditempati suku
Lawangan.
- 1365 : Nagarakretagama digubah oleh mpu Prapañca
menyebutkan negeri-negeri di Nusa Tanjungnagara yang berada di bawah
perlindungan Majapahit di bawah Patih Gajah Mada yaitu negeri-negeri
Kapuas, Katingan, Sampit, Kota Lingga, Kota Waringin, Sambas, Lawai,
Kadandangan, Landa, Samadang, Tirem, Sedu, Barune, Kalka, Saludung, Solot,
Pasir, Barito, Sawaku, Tabalong, Tanjung Kutei dan Malano di pulau
Tanjungpura.[4]
Jaman Awal Kerajaan Islam
- 1383 : Awang Alak Betatar bergelar Sang Aji
menjadi Sultan Brunei I sampai tahun 1402.
- 1385 : Dara Juanti, Raja Sintang ke-9 dilamar oleh
Patih Logender yang berasal dari Majapahit.
- 1387 : Kerajaan Negara Dipa didirikan oleh Ampu
Jatmika yang berasal dari Keling. Menurut Veerbek (1889:10) Keling,
provinsi Majapahit di barat daya Kediri.
- 1394 : Kerajaan Tidung berpusat di Pimping bagian
barat dan Tanah Kuning sampai tahun 1557
- 1400 : Baddit Dipattung, Raja Berau I dengan pusat
pemerintahannya di Sungai Lati, Gunung Tabur, Berau.
- 1407 : Pemukiman Tionghoa Hui Muslim Hanafi
pertama didirikan di Sambas.[5]
- 1408 : Pateh Berbai menjadi Sultan Brunei II
sampai tahun 1425.
- 1420 : Aji Raja Mandarsyah menjadi Sultan Kutai IV
sampai tahun 1475. Islam datang di Kutai pada masa pemerintahannya dibawa
oleh Tuan Tunggang Parangan.
- 1425 : Syarif Ali, seorang menantu Sultan Brunei
yang berasal dari Mekkah dinobatkan sebagai Sultan Brunei III sampai tahun
1432.
- 1429 : Bhre Tanjungpura dijabat oleh
Manggalawardhani Dyah Suragharini [= Putri Junjung Buih?] puteri dari Bhre
Tumapel II (= abangnya Suhita) berkuasa sampai tahun 1464.
- 1431 : Kota Sukadana menjadi pusat Kerajaan
Tanjungpura sampai dengan tahun 1724 sejak pemerintahan Pangeran Karang
Tunjung (1431-1450).
- 1432 : Adipati Agong menjadi Sultan Brunei IV
sampai tahun 1485.
- 1441 : Seorang muslim wafat dengan batu nisan dari
batu andesit yang ditemukan di Keramat Tujuh, Kabupaten Ketapang
bertuliskan huruf Arab bertarikh tahun 1363 Saka atau 1441 M. Bentuk
nisannya berasal dari abad terakhir Majapahit.
- 1472 : Raden Ismahayana gelar Raja Dipati Karang
Tanjung Tua menjadi Raja Landak sampai 1542.
- 1475 : Berdirinya Kesultanan Demak wilayah
pengaruhnya mencapai Kalimantan seperti Tanjungpura, Lawai dan
Banjarmasin.Aji Pangeran Tumenggung Bayabaya dari Paser dinobatkan menjadi
Raja Kutai Kartanegara V sampai tahun 1545.
- 1478 : Raden Sekar Sungsang bergelar Maharaja Sari
Kaburungan menjadi raja Kerajaan Negara Daha yang berpusat di Nagara.
Islam datang pada masa pemerintahannya, karena seorang anaknya menikah
dengan putri dari Sunan Giri.
- 1485 : Bolkiah menjadi Sultan Brunei V sampai
tahun 1524.
[sunting] Jaman Awal Kedatangan
Bangsa Eropa
- 1504 : Antara tahun 1504-1507, Ludovico la
Varthema seorang penjelajah Italia mengunjungi Kalimantan.[6]
- 1516 : Putri Petung menjadi penguasa Paser sampai tahun
1567. Penguasa Paser yang pertama ini berasal dari Kuripan (Negara Daha).
- 1518 : Lorenzo de Gomez mengunjungi pulau
Kalimantan[7]
- 1519 : Adipati Tanjungpura dan Lawai tunduk kepada
Pati Unus.
- 1520 : Magalhaens mengunjungi Kalimantan.[8]
Pangeran Samudera keturunan Kerajaan Negara Daha mendirikan Kesultanan
Banjar.
- 1524 : Abdul Kahar menjadi Sultan Brunei VI sampai
tahun 1530.
- 1526 : Pada 24 September Suriansyah, Sultan Banjar
I memeluk Islam diperingati sebagai Hari Jadi Kota Banjarmasin. Kerajaan
yang baru berdiri ini melepaskan diri dari Kerajaan Negara Daha atas
dukungan Kesultanan Demak.[9]
- 1530 : Hubungan persahabatn Portugis dan
Brunei[10]
- 1533 : Saiful Rizal menjadi Sultan Brunei VII
sampai tahun 1581.
- 1538 : Kerajaan Tanjungpura dipimpin oleh
Panembahan Baruh (1538-1550)
- 1545 : Aji Raja Mahkota Mulia Alam menjadi Raja
Kutai Kartanegara VI sampai tahun 1610, raja pertama yang memeluk Islam.
- 1546 : Raja Demak III Sultan Trenggana (Tung Ka
lo) menyerang kawasan timur pulau Jawa.[11] Pengaruh kekuasaannya sampai
ke Kalimantan. Ia menerima upeti dari Sutan Banjarmasin.
- 1550 : Rahmatullah menjadi Sultan Banjar II sampai
tahun 1570. Banjarmasin tidak lagi mengirim upeti kepada pemerintahan di
Jawa.
- 1557 : Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet
memerintah Kerajaan Tidung sampai tahun 1571 berlokasi di kawasan Pamusian
wilayah Tarakan Timur.
- 1567 : Aji Mas Patih Indra menjadi penguasa Paser
sampai tahun 1607.
- 1570 : Hidayatullah I menjadi Sultan Banjar III
sampai tahun 1595. Dalam pemerintahannya Mataram menyerang Banjarmasin dan
menawan Putra Mahkota Ratu Bagus di Tuban.
- 1571 : Amiril Pengiran Dipati I menjabat Raja
Tidung sampai tahun 1613.
- 1581 : Shah Brunei menjadi Sultan Brunei VIII
sampai tahun 1582.
- 1582 : Muhammad Hasan menjadi Sultan Brunei IX sampai
tahun 1598.
- 1590 : Penguasa Kerajaan Tanjungpura memeluk Islam
dengan memakai gelar Panembahan dan Giri, yaitu Panembahan Giri Kusuma dan
mengubah nama kerajaan Hindu Tanjungpura menjadi Kesultanan
Sukadana-Matan.
- 1595 : Mustainbillah menjadi Sultan Banjar IV
sampai tahun 1641. Ia menerima upeti dari Sambas, Batang Lawai, Sukadana
dan Paser.
- 1596 : Pedagang Belanda merampas 2 jung lada dari
Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
- 1598 : Abdul Jalilul Akbar menjadi Sultan Brunei X
sampai tahun 1659. Oliver van Noord, pedagang Belanda datang ke
Brunei.[12]
- 1599 : Sultan Brunei mengadakan perhubungan dengan
Spanyol di Manila.
- 1600 : Anam Jaya Kesuma menjadi penguasa Landak.
- 1600 : Abang Pencin alias Pangeran Agung yang
memerintah tahun 1600 – 1643 adalah penguasa Sintang yang pertama memeluk
Islam. Pangeran ini mengirim utusan ke Banjarmasin melewati sungai
Katingan untuk menyalin Kitab Suci Al-Qur'an.
- 1604 : Pada 13 Maret Panembahan Sukadana Giri
Kusuma mengikat perjanjian dengan Belanda (VOC)[13], yang menimbulkan
kemarahan Sultan Mataram.
- 1606 : Pada 14 Februari, ekspedisi Belanda
dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba pertama kali di Banjarmasin,
karena perangainya yang buruk nahkoda ini terbunuh dalam suatu
kericuhan.[14]
- 1607 : Aji Mas Anom Indra menjadi penguasa Paser
sampai tahun 1644.
- 1607 : 7 Juni 1607 Ekspedisi VOC dipimpin Koopman
Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, semua ABK dibunuh sebagai
pembalasan atas perampasan kapal jung Banjar di Banten tahun 1596.[15]
- 1609 : Pada 1 Oktober, VOC melakukan pakta kerja
sama dengan Pangeran Adipati Sambas.[16]
- 1610 : Aji Dilanggar menjadi Sultan Kutai VII
sampai tahun 1635.
- 1610 : Raja Kudung menjadi penguasa Landak yang
berpusat di Pekana, Karangan.
- 1612 : Bulan Mei 1612, Kompeni Belanda menembak
hancur Banjar Lama ibukota Kesultanan Banjar, sehingga ibukotanya
dipindahkan ke Martapura. Kongsi Perdagangan Inggris yang diketuai oleh
Sir Hendry Middleton datang ke Brunei.
- 1613 : Amiril Pengiran Singa Laoet menjabat Raja
Tidung sampai tahun 1650.
- 1615 : Pangeran Dipati Anta-Kasuma mendirikan
Kadipaten Kotawaringin, pecahan wilayah Kesultanan Banjar paling barat
yang berbatasan dengan Kerajaan Tanjungpura.
- 1622 : Kesultanan Mataram mengirim Tumenggung
Bahurekso, Bupati Kendal menyerang Sukadana yang berada di bawah kekuasaan
Putri Bunku/Ratu Mas Jaintan (ibu Giri Mustika), serangan ini
mengkhawatirkan Kesultanan Banjar akan serangan Mataram. Giri Mustika
(Raden Saradewa) menantu Pangeran Dipati Anta-Kasuma (raja Kotawaringin)
dinobatkan menjadi Sultan Sukadana-Matan yang pertama dengan gelar Sultan
Muhammad Syafiuddin (1622-1659).
- 1625 : Muhammad Ali menjadi Sultan Brunei XII
sampai 1660.
- 1626 : Produksi lada Banjar sangat meningkat,
sehingga VOC berusaha untuk memperoleh monopoli lada, dan berusaha
menghilangkan kejadian tahun 1612 yaitu penyerbuan Belanda terhadap
kesultanan Banjar. Belanda juga meminta maaf atas perbuatannya merampok
kapal kesultanan Banjar dalam pelayaran perdagangan ke Brunei 4 Juli 1626.
Perdagangan kesultanan Banjar masih diarahkan ke Cochin Cina (Veitnam)
belum ke Batavia.
- 1634: VOC mengirim 6 kapal dagang ke Banjarmasin
dipimpin Gijsbert van Londensteijn, kemudian ditambah beberapa kapal di
bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Barentsz.[17]
- 1635 : 17 Juni 1635 Kapal Pearl Inggris tiba di
Banjarmasin, Tewseling dan Gregory.
- 1635 : 4 September 1635 Sultan Banjar diwakili
oleh Syahbandar Ratna Diraja Goja Babouw mengadakan kontrak dagang pertama
di Betawi dengan Kompeni Belanda yang wakili oleh : Hendrik Brouwer,
Antonio van Diemen, Jan van der Burgh, Steven Barentszoon. VOC juga
membantu Banjar untuk menaklukan bagian timur Kalimantan (Pasir).[16]
- 1635 : Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa ing
Martapura menjadi Raja Kutai Kartanegara VIII sampai tahun 1650. Raja ini
menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura.
- 1636 : Kesultanan Banjar mengklaim daerah
sepanjang Sambas sampai Berau serta Karasikan sebagai wilayahnya karena
saat itu Banjarmasin sudah memiliki kemampuan militer untuk menghadapi
serangan dari Mataram.
- 1636: Pertama kali Belanda mulai berdiam di Banjarmasin
ketika VOC mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan
Wollenbrant Gelijnsen.[17]
- 1637 : Banjarmasin mengadakan hubungan perdamaian
dengan Mataram.[18]
- 1638 : Sultan Banjarmasin mengirim utusan ke
Makassar dan Sultan Makassar meminjam kawasan timur Kalimantan sebagai
tempat berdagang. Sultan Muhammad Zainudin dari Kesultanan Matan
memindahkan ibukota kerajaan dari sungai Matan ke negeri Indra Laya yang
disebut Kerajaan Indra Laya.
- 1638 : Contract Craemer menolak permintaan Sultan
Banjar untuk mengirimkan lada ke Makassar, pecahlah perang anti VOC
sebanyak 108 orang Belanda, 21 orang Jepang dibunuh, dan loji VOC dibakar
serta penghancuran terhadap kapal-kapal VOC di Banjarmasin.
- 1640 : Gubernur Jenderal VOC Antonio van Diemen
memerintahkan agar permusuhan dengan Kesultanan Banjar dihentikan dan
hanya menuntut 50.000 real sebagai ganti rugi kejadian tahun 1638.
- 1641 : Sekitar pertengahan bulan Oktober 1641
Pangeran Tapesana seorang utusan Sultan Banjarmasin tiba di Jepara dengan
pengiring 500 orang membawa persembahan kepada Sultan Agung raja
Mataram.[18][17][19]
- 1641 : Inayatullah menjadi Sultan Banjar V sampai
tahun 1646
- 1643 : Belanda mendirikan benteng dan pabrik di
pulau Tatas (sekarang Banjarmasin Tengah).[20]
- 1644 : Aji Anom Singa Maulana menjadi penguasa
Paser sampai tahun 1667.
- 1646 : Saidullah menjadi Sultan Banjar VI sampai
tahun 1660.
- 1648 : Belanda mendapatkan monopoli lada yang
dipasakan kepada Sultan Banjarmasin.[21]
- 1650 : Aji Pangeran Dipati Agung ing Martapura
menjadi Raja Kutai Kartanegara IX sampai tahun 1665. Amiril Pengiran
Maharajalila I menjabat Raja Tidung sampai tahun 1695.
- 1659 : Sultan Muhammad Zainuddin I (Marhum Negeri
Laya) memerintah Kesultanan Sukadana-Matan (1659-1724). Abdul Jalilul
Jabbar menjadi Sultan Brunei XI sampai tahun 1660.
- 1660 : Rakyatullah menjadi Sultan Banjar VII
sampai 1663, ia membuat perjanjian dengan VOC 18 Desember 1660. Abdul
Mubin menjadi Sultan Brunei XIII sampai tahun 1673.
- 1661 : Abdul Hakkul Mubin menjadi Sultan Brunei
XIII sampai tahun 1673. Utusan kesultanan Sukadana-Matan datang di
Kesultanan Banjar untuk melaporkan bahwa Sukadana kembali menjadi daerah
pegaruh dari Kesultanan Banjar semenjak sebelumnya pada tahun 1638.
- 1662 : Menurut Barra pada tahun 1662 hanya ada 12
jung orang Melayu, Inggris, Portugis mengangkut lada dan emas ke Makassar,
sementara di Pelabuhan Banjarmasin dipenuhi lebih dari 1000 perahu layar,
baik perdagangan interinsuler maupun perdagangan inter-kontinental.
- 1663 : Sultan Amrullah menjadi Sultan Banjar VIII,
tetapi ia kemudian dikudeta oleh Sultan Agung menjadi Sultan Banjar IX
sampai tahun 1679, dengan bantuan suku Biaju dan memindahkan ibukota ke
Sungai Pangeran, Banjarmasin.
- 1665 : Aji Pangeran Dipati Maja Kusuma ing
Martapura menjadi Raja Kutai Kartanegara X sampai tahun 1686.
- 1766 : Sultan Sulu menyerahkan pulau Balambangan
kepada Inggris.[22]
- 1667 : Panembahan Sulaiman I menjadi Panembahan
Paser sampai tahun 1680.
- 21 Januari 1668 : La Mohang Daeng Mangkona
mendirikan Kota Samarinda yang penduduknya dikenal sebagai orang Bugis
Samarinda Seberang.
- 1670 : Sultan Muhammad Tajuddin dari Sambas
memerintah sampai tahun 1708.
- 1672 : Sultan Nata Muhammad Syamsudin Sa’idul
Khairiwaddien, sebagai penguasa Sintang yang pertama memakai memakai gelar
yang lebih tinggi Sultan, memerintah sampai tahun 1737.
- 1673 : Muhyiddin menjadi Sultan Brunei XIV sampai
tahun 1690.
- 1675 : Muhammad Syafeiuddin I menjadi Sultan
Sambas sampai tahun 16701675 - 1685.
- 1680 : Amirullah Bagus Kusuma naik tahta kembali
menjadi Sultan Banjar X sampai tahun 1700. Panembahan Adam I menjadi
Panembahan Paser sampai tahun 1705. Raja Senggauk menjadi Panembahan
Mempawah.
- 1686 : Ratu Agung, wanita pertama memimpin
Kerajaan Kutai Kartanegara hingga tahun 1700.
- 18 Januari 1689 : Penyebar agama Katolik, Fr.
Antonino Ventimiglia tiba di Banjarmasin dari Goa, India.[23]
- 25 Juni 1689 : Kapal Portugis di bawah pimpinan
Kapten Luigi Francesco Cottigno memasuki daerah Pulau Petak di kabupaten
Kapuas dan menjalin hubungan dengan suku Dayak Ngaju[24].
- 1690 : Nassaruddin menjadi Sultan Brunei sampai
tahun 1705.
- 1695 : Amiril Pengiran Maharajalila II menjabat
penguasa Tidung sampai tahun 1731.
- 1699 : Pada bulan April, dua orang bangsa Inggris
Henry Watson dan Captain Cotesworth diinstruksikan mendirikan
factory/gudang di Banjarmasin.[25]
- 1700 : Hamidullah menjadi Sultan Banjar XI sampai
tahun 1734. Aji Pangeran Dipati Tua menjadi Sultan Kutai Kartanegara XII
yang sampai tahun 1710. Tahun 1700 terjadi perang antara Landak dan
Matan,karena perebutan pewarisan intan kobi. Landak dibantu oleh Banten
dan VOC, karena itu kemudian Banten menyatakan Landak dan Matan di bawah
kuasa Kesultanan Banten.
- 1701 : Sesudah kekalahan orang-orang Banjar dalam
Perang Inggris-Banjar I pada Oktober 1701, orang-orang Cina kehilangan
tempat dan hak mereka dalam pasar lada. Karena sebagian besar tindakan
raja Banjar diatur oleh Inggris sebagai pemenang perang, maka
diperintahkanlah semua rakyatnya untuk menjual ladanya kepada orang-orang
di bawah pengawasan Inggris, yang mendirikan tempat penjagaan yang
terletak di muara sungai Barito.
- 1703 : Sultan Aji Muhammad Alamsyah menjadi Sultan
Paser I sampai tahun 1726, untuk pertama kalinya penguasa Pasir mengambil
gelar yang lebih tinggi Sultan.
- 1705 : Hussin Kamaluddin menjadi Sultan Brunei
(periode I) sampai tahun 1730.
- 1706 : Inggris diijinkan mendirikan pabrik di
Banjar.[26]
- 1707 : Pada 27 Juni 1707, permukiman pedagang
Inggris di Banjarmasin tiba-tiba diserang oleh penduduk asli, kebanyakan
orang Inggris tewas, dan yang selamat melarikan diri ke kapal. Harta milik
Perusahaan EIC yang hilang di tempat ini, diperkirakan mencapai 50.000
dolar.[27] Orang-orang Inggris diusir dari Banjar dalam Perang
Inggris-Banjar II tahun 1707, sehingga orang-orang Cina dapat bebas
kembali untuk mengadakan transaksi dengan para pedagang lada Banjar dan
Biaju. Jumlah orang-orang Cina yang berkumpul di daerah Kesultanan Banjar
makin hari makin besar terdiri atas pedagang-pedagang jung dan
pedagang-pedagang menetap.
- 1708 : Umar Akamuddin I menjadi Sultan Sambas
sampai tahun 1732.
- 1709 : Kota Belanda yaitu Fort Tatas dibangun
tahun 1709.[28]
- 1710 : Aji Pangeran Anum Panji Mendapa ing
Martapura menjadi Raja Kutai Kartanegara XIII sampai tahun 1735.
- 1724 : Pemerintahan Kerajaan Matan/Sukadana oleh Sultan
Ma’aziddin (1724-1762).
- 1726 : Sebagai menantu dari Raja Paser, La
Madukelleng (Pahlawan Nasional) menjabat Raja Paser sampai tahun 1736.
- 1730 : Muhammad Alauddin menjadi Sultan Brunei
sampai tahun 1745.
- 1731 : Wira Amir menjadi penguasa Bulungan I sampai
tahun 1777. Amiril Pengiran Dipati II menjabat penguasa Tidung sampai
tahun 1765.
- 1732 : Abubakar Kamaluddin I menjadi Sultan Sambas
sampai tahun 1762. Ibukota Kesultanan Kutai dipindah dari Kutai Lama ke
Pemarangan.
- 1733 : Panglima perang dari La Madukelleng (Arung
Singkang) menyerang Banjarmasin tetapi mengalami kegagalan.
- 1734 : Tamjidillah I menjadi Sultan Banjar XII
sampai tahun 1759.
- 1735 : Sultan Aji Muhammad Idris menjadi Raja
Kutai Kartanegara XIV sampai tahun 1778. Ia Raja Kutai pertama yang
memakai gelar Sultan.
- 1736 : Sultan Sepuh I Alamsyah menjadi Sultan
Paser II sampai tahun 1766.
- 1740 : Panembahan Mempawah, Opu Daeng Manambung
mendatangkan pekerja tambang dari daratan Cina.
- 1745 : Hussin Kamaluddin menjadi Sultan Brunei
sampai tahun 1762 untuk kedua kalinya.
- 1746 : Kapal Dragon dan Onflow memuat lada di
Banjarmasin.[29][30]
- 1747 : Kompeni Belanda mendirikan benteng di Pulau
Tatas (Banjarmasin Tengah) merupakan permukiman Eropa pertama di
Kalimantan hingga tahun 1810 kemudian ditinggalkan oleh Marshall Daendels
sesuai perjanjian dengan Sultan Banjar.[15]
- 1750 : Puana Dekke meminjam tanah kepada
Tamjidullah I untuk mendirikan pemukiman di tenggara Kalsel yang kelak
dikenal sebagai orang Bugis Pagatan.
Jaman VOC
Orang-orang Italia merupakan orang
Eropa pertama yang mengunjungi Kalimantan pada abad ke-14, kemudian disusul
orang Spanyol, Inggris, dan Belanda. Kerajaan Sambas merupakan daerah pertama
yang berada di bawah pengaruh Belanda semenjak kontrak dengan VOC yang dibuat oleh
Ratu Sapudak (Raja Sambas) pada tanggal 1 Oktober 1609. Pada tanggal 4
September 1635, Kesultanan Banjar membuat kontrak perdagangan yang pertama
dengan VOC dan VOC akan membantu Banjar menaklukan Paser. Sejak 1636,
Banjarmasin berusaha menjadi pusat mandala bagi kerajaan-kerajaan lainnya yang
ada di Kalbar, Kalteng, dan Kaltim. Hikayat Banjar mencatat adanya pengiriman
upeti kepada Sultan Banjarmasin dari Sambas, Sukadana, Paser, Kutai, Berau,
Karasikan (Buranun/Sulu), Sewa Agung (Sawakung), Bunyut dan negeri-negeri di
Batang Lawai. Sukadana (dahulu bernama Tanjungpura) merupakan induk bagi
kerajaan Tayan, Meliau, Sanggau dan Mempawah. Pada tahun 1638 di Banjarmasin
terjadi tragedi pembantaian terhadap orang-orang Belanda dan Jepang sehingga
Belanda mengirim ekspedisi penghukuman dan membuat ancaman terhadap Kesultanan
Banjarmasin, Kerajaan Kotawaringin dan Kerajaan Sukadana. Tahun 1700 Sukadana
(Matan) mengalami kekalahan dalam perang dengan Landak (vazal Banten). Landak
dibantu Banten dan VOC, sehingga Banten mengklaim Landak dan Sukadana (sebagian
besar Kalbar) sebagai wilayahnya. Tahun 1756 VOC berusaha mendapatkan Lawai,
Sintang dan Sanggau dari Banjarmasin. Daerah awal di Kalimantan yang diklaim
milik VOC adalah wilayah sepanjang pantai dari Sukadana sampai Mempawah yang
diberikan oleh Kesultanan Banten pada 26 Maret 1778. VOC sempat mendirikan
pabrik di Sukadana dan Mempawah tetapi 14 tahun kemudian ditinggalkan karena
tidak produktif (Sir Stamford Rafless, The History of Java). Pendirian Kesultanan
Pontianak yang didukung VOC di muara sungai Landak semula diprotes Landak
karena merupakan wilayahnya tetapi akhirnya mengendur karena tekanan VOC. Pada
13 Agustus 1787, Kesultanan Banjar menjadi daerah protektorat VOC dan
vazal-vazal Banjarmasin diserahkan kepada VOC meliputi Kaltim, Kalteng,
sebagian Kalsel, dan pedalaman Kalbar, yang ditegaskan lagi dalam perjanjian
1826. Hindia Belanda kemudian membentuk Karesidenan Sambas dan Karesidenan
Pontianak dengan diangkatnya raja-raja sebagai regent dalam pemerintahan
kolonial Hindia Belanda. Belakangan Karesidenan Sambas dilebur ke dalam
Karesidenan Pontianak beserta daerah pedalaman Kalbar menjadi Karesidenan
Borneo Barat. Tahun 1860 Hindia Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar,
kemudian terakhir wilayahnya menjadi bagian dari Karesidenan Afdeeling Selatan
dan Timur Borneo.
- 1756 : Pada 20 Oktober 1756 Sultan Banjar
Tamjidullah I membuat perjanjian dengan VOC berisi larangan berdagang lada
dengan orang Cina, Inggris dan Prancis selanjutnya VOC akan membantu menaklukkan
kembali daerah yang memisahkan diri seperti : Berau, Kutai, Paser,
Sanggau, Sintang dan Lawai. Benteng Tatas dibangun di Pulau Tatas,
Banjarmasin.
- 1759 : Muhammad Aliuddin Aminullah menjadi Sultan
Banjar XIII sampai tahun 1761.
- 1761 : Susuhunan Nata Alam adalah Sultan Banjar
XIV sampai tahun 1801, sebelumnya sebagai wali Putra Mahkota yang masih
kecil.
- 1762 : Umar Akamuddin I menjadi Sultan Sambas
sampai tahun 1793. Di Brunei, Omar Ali Saifuddin I menjadi Sultan Brunei
sampai tahun 1795.
- 1765 : Amiril Pengiran Maharajadinda menjabat Raja
Tidung sampai tahun 1782.
- 1766 : Sultan Ibrahim Alam Syah menjadi Sultan
Pasir III sampai tahun 1786.
- 23 Oktober 1771 : Kota Pontianak didirikan oleh
Syarif Abdurrahman Alkadrie yang pada tahun 1778 direstui VOC-Belanda
sebagai Sultan Pontianak I berkuasa sampai tahun 1808. Pendirian kerajaan
baru di muara sungai Landak ini semula diprotes oleh Kerajaan Landak.
- 1772 : Sayyid Idrus Alaydrus, menantu Sultan
Mahmud Badaruddin I dari Kesultanan Palembang diangkat VOC-Belanda menjadi
Yang DiPertuan Kerajaan Kubu yang pertama, memerintah sampai tahun 1795.
- 1773 : Inggris menempati Balambangan.[31]
- 1775 : La Pangewa, dilantik sebagai kapitan orang
Bugis Pagatan bergelar Kapitan Laut Pulo oleh Sultan Tahmidullah II,
setelah menggempur Pangeran Amir (Raja Kusan I) yang menyingkir hingga ke
Kuala Biaju.
- 1777 : Republik Lanfang sebuah negara Hakka di
Kalimantan Barat didirikan oleh Low Fang Pak sampai akhirnya dihancurkan
oleh VOC-Belanda di tahun 1884.
- 1778 : Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 Landak
dan Sukadana diserahkan kepada Kompeni Belanda oleh Sultan Banten. Inilah
wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC.
- 1778 : Aji Muhammad Aliyeddin menjadi Sultan Kutai
Kartanegara XIV sampai tahun 1780.
- 1780 : Aji Muhammad Muslihuddin menjadi Sultan
Kutai Kartanegara XV sampai tahun 1816.
- 1780 : Populasi Kesultanan Banjarmasin mendekati
9.000 jiwa.[32]
- 1782 : Amiril Pengiran Maharajalila III menjadi
Raja Tidung sampai tahun 1817.
- 28 September 1782 : Pemindahkan ibukota Kesultanan
Kutai Kartanegara dari Pemarangan ke Tepian Pandan.
- 1785 : Pangeran Amir dibantu Arung Tarawe
menyerang Tabaneo dengan pasukan 3000 orang Bugis-Paser berkekuatan 60
buah perahu untuk menuntut tahta Kesultanan Banjar dari Tahmidullah
II.[33]
- 1786 : Ratu Agung menjadi Sultan Pasir II sampai
tahun 1788.
- 14 Mei 1787 : Pangeran Amir ditangkap Kompeni
Belanda, kemudian diasingkan ke Srilangka.
- 13 Agustus 1787 : Sultan Tahmidullah II
menyerahkan kedaulatan Kesultanan Banjar kepada VOC menjadi daerah
protektorat dengan Akte Penyerahan di depan Residen Walbeck, setelah
VOC-Belanda berhasil menyingkirkan Pangeran Amir, rivalnya dalam perebutan
tahta. Sebagian besar Kalimantan diserahkan menjadi properti perusahaan
VOC.
- 1788 : Sultan Dipati Anom Alamsyah menjadi Sultan
Pasir III sampai tahun 1799. Sultan ini menikahi Ratu Intan I yaitu Ratu
dari Tjangtoeng dan Batoe Litjin.
- 1789 : Sultan Pontianak dengan dukungan Belanda
melakukan serangan terhadap Panembahan Mempawah dengan tujuan merebut
wilayah Panembahan Mempawah. Kongsi Lan Fong kemudian juga mengirimkan
pasukannya membantu pasukan Sultan Pontianak. Panembahan Mempawah kalah
kemudian Raja Panembahan Mempawah mengundurkan dirinya ke daerah Karangan
dan kemudian menetap di sana.
- 1790 : Abubakar Tajuddin I menjadi Sultan Sambas
sampai tahun 1814.
- 1795 : Muhammad Tajuddin menjadi Sultan Brunei IX
sampai tahun 1807. Memerintahkan Khatib Haji Abdul Latif menuliskan
Silsilah Raja-Raja Brunei serta memerintahkan supaya membuat rumah wakaf
untuk jamaah haji Brunei di Mekkah.
- 1795 : Kerajaan Panembahan Simpang Matan didirikan
di atas sisa-sisa Kerajaan Sukadana[34]
- 1797 : Kedaulatan atas daerah Paser dan Pulau Laut
diserahkan VOC kembali kepada Sultan Banjar, Tahmidullah II.
- 1799 : Sultan Sulaiman II Alamsyah menjadi Sultan
Pasir IV sampai tahun 1811.
Jaman Penjajahan Inggris
Pembagian daerah Kalimantan tahun
1930
- 1801 : Sulaiman Saidullah II menjadi Sultan Banjar
XV sampai tahun 1825.
- 1806 : Muhammad Jamalul Alam I menjadi Sultan
Brunei sampai tahun 1807.
- 1806 : 11 Agustus 1806 Keraton Banjar berganti
nama dari Bumi Kencana menjadi Bumi Selamat.
- 1807 : Muhammad Kanzul Alam menjadi Sultan Brunei
sampai tahun 1829.
- 1808 : Syarif Kasim Alkadrie menjadi Sultan
Pontianak II sampai tahun 1819.
- 1810 : Sultan Alimuddin menjadi sultan pertama
Kesultanan Sambaliung, pecahan Kesultanan Berau yang dibagi dua.
- 1811 : Sultan Ibrahim Alamsyah menjadi Sultan
Pasir sampai tahun 1815.
- 1812 : Alexander Hare menjadi
Resident-commissioner bagi pemerintahan Inggris di Banjarmasin.[35]
- 1814 : Ratu Imanuddin memindahkan pusat
pemerintahan Kerajaan Kotawaringin dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan
Bun.
- 1814 : Muhammad Ali Syafeiuddin I menjadi Sultan
Sambas sampai tahun 1828.
- 1815 : Sultan Mahmud Han Alamsyah menjadi Sultan
Pasir sampai tahun 1843.
- 1816 : Aji Muhammad Salehuddin menjadi Sultan
Kutai XVI sampai tahun 1845.
Jaman Hindia Belanda
- 1817 : Tanggal 1 Januari, Inggris menyerahkan
kembali Banjarmasin dan Kalimantan kepada Belanda, maka pada hari itu
dibuat Kontrak Persetujuan Karang Intan I antara Sultan Sulaiman dari
Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Aernout van Boekholzt.
- 1817 : Amiril Tadjoeddin menjabat Raja Tidung
sampai tahun 1844. Di Kotawaringin, Pangeran Ratu Imanuddin memerintah
hingga 1855[36]
- 1819 : Syarif Osman Alkadrie menjadi Sultan
Pontianak III sampai tahun 1855. Ia ditunjuk Pemerintah Hindia Belanda
untuk memimpin Afdeeling Pontianak.
- 1820 : Zainul Abidin II bin Badruddin (1820 -
1834) menjadi Sultan Gunung Tabur I, pecahan dari Kesultanan Berau. Pangeran
Musa menantu Sultan Sulaiman dari Banjar menjadi Raja Kusan II sampai
tahun 1830.
- 1823: Mr. Muller pegawai pemerintah Hindia Belanda
mensurvey barat laut Kalimantan.[37])
- 1823 : 13 September 1823 : Kontrak
Persetujuan Karang Intan II antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan
Hindia Belanda diwakili Residen Mr. Tobias.
- 1825 : Adam Alwasikh Billah menjadi Sultan Banjar
XVI sampai tahun 1857. Di Brunei, Muhammad Alam menjadi Sultan Brunei
sampai tahun 1828.
- 1825 : Bulan Juli 1825, Pangeran Aji Jawi, Raja
Tanah Bumbu menjalin kontrak dengan Hindia Belanda.
- 1826 : Setelah serangan penaklukan keraton Banjar
di Banjarmasin pada tahun 1826, Hindia Belanda telah membuat aturan daerah
mana saja yang masih dikuasai Kesultanan Banjar dan menentukan pembagian
wilayah-wilayah.
- 1827 : Populasi pulau Kalimantan diperkirakan
Dayak 200.000 jiwa, Cina 125.000 jiwa, Melayu 60.000 jiwa , Bugis 5.000
jiwa , Arab & lainnya 600 jiwa (Banjar?) [38]
- 1828 : Usman Kamaluddin menjadi wali Sultan Sambas
sampai tahun 1832.
- 1829 : Omar Ali Saifuddin II menjadi Sultan Brunei
sampai tahun 1852.
- 1830 : Pangeran M. Nafis bin Pangeran Musa menjadi
Raja Kusan III sampai tahun 1840.
- 1832 : Umar Akamuddin III menjadi wali Sultan
Sambas sampai tahun wafat 22 Desember 1846.
- 1834 : Mr. Earl memperkirakan populasi Kalimantan
terdiri atas 150.000 Tionghoa, 50.000 Melayu, 10.000 Bugis, 400 Arab, 150
tentara Jawa & Ambon, 80 Belanda dan 250.000 Dayak.[39]
- 1835: Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan
Kalimantan.[40]
- 1837 : Berdirinya swapraja Kerajaan Matan berdiri
dengan rajanya Panembahan Anom Kusuma Negara.
- 1840 : Pangeran Jaya Sumitra bin Pangeran M. Nafis
menjadi Raja Kusan IV sampai tahun 1850.
- 24 September 1841 : James Brooke diangkat menjadi
gubernur Sarawak
- 1841 : Pangeran Aji Jawi, Raja Tanah Bumbu
mangkat. Pangeran Mangku Bumi menjadi Raja Sampanahan, Pangeran Muda
Muhammad Arifbillah menjadi Raja Cengal, Manunggul, Bangkalaan, sedangkan
Raja Aji Mandura sebagai Raja Cantung.
- 18 Agustus 1841 : James Brooke diberi gelar Rajah
oleh Sultan Brunei. James Brooke menguasai wilayah Sarawak yang paling
barat hingga kematiannya pada 1868.[41]
- 1843 : Sultan Adam II Aji Alamsyah menjadi Sultan
Pasir sampai tahun 1853.
- 1844 : Amiril Pengiran Djamaloel Kiram menjabat
Raja Tidung sampai tahun 1867.
- 11 Oktober 1844 : Sultan Kutai mengakui
pemerintahan Hindia Belanda dan mematuhi pemerintah Hindia Belanda di
Kalimantan yang diwakili oleh seorang Residen yang berkedudukan di
Banjarmasin.
- 1845 : Swapraja Kerajaan Matan dipimpin oleh
Panembahan Muhamamad Cabran dari tahun 1845-1908.
- 18 Maret 1845 : Kontrak dengan Hindia Belanda
mengenai wilayah Kesultanan Banjar. Wilayah baru ini lebih kecil dibanding
dengan sebelumnya, yaitu hanya daerah inti dari Kesultanan Banjar dan
tidak mempunyai akses ke laut. Dan Belanda mengangkat gubernur bernama
Weddik. [17]
- 1846 : Raja Aji Mandura, menggabungkan negeri
Buntar-Laut dengan Kerajaan Cantung, sehingga ia menjadi Raja Cantung dan
Buntar-Laut.
- 1846 : Abu Bakar Tadjuddin II menjadi Sultan
Sambas sampai tahun 1854. Masa pemerintahan Ratu Intan II, ratu dari
Bangkalaan, Manoenggoel dan Tjingal.
- 1846 : Daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan
memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.
- 1848 : Labuan resmi menjadi koloni Inggris.
- 28 September 1849 : Gubernur Jenderal J.J.
Rochussen datang ke Pengaron di Kesultanan Banjar untuk meresmikan
pembukaan tambang batu bara Hindia Belanda pertama yang dinamakan Tambang
Batu Bara Oranje Nassau Bentang Emas.
- 1850 : Pangeran Akhmad Hermansyah menjadi Raja
Kotawaringin sampai tahun 1865. Aji Muhammad Sulaiman menjadi Sultan Kutai
XVIII sampai tahun 1899. Pangeran Jaya Sumitra menjadi Raja Pulau Laut I
sampai tahun 1861.
- 1852 : Abdul Momin menjadi Sultan Brunei sampai
tahun 1885.
- 8 Agustus 1852 : Tanpa persetujuan Sultan Adam,
Pangeran Tamjidillah II diangkat menjadi Sultan Muda oleh Pemerintah
Hindia Belanda merangkap Mangkubumi di Kesultanan Banjar. Hindia Belanda
dan Tamjidilah II sudah membangun konsesus dalam mendapatkan tanah apanase
di Pengaron sebagai wilayah pertambangan batu bara.
- 1853 : Pemerintah Hindia Belanda menempatkan J.
Zwager sebagai Asisten Residen di Samarinda. Sultan Sepuh II Alamsyah
menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1875.
- 1854 : Umar Kamaluddin menjadi Sultan Sambas
sampai tahun 1866.
- 1855 : Syarif Hamid Alkadrie menjadi Sultan
Pontianak IV sampai tahun 1872.
- 1855 : Sultan Adam melantik Pangeran Prabu Anom
sebagai Raja Muda[42] Pemekaran dan pembentukan beberapa afdeeling
baru[43]
- 9 Oktober 1856 : Hindia Belanda mengangkat
Hidayatullah II sebagai Mangkubumi Banjar untuk meredam pergolakan di
Kesultanan Banjar atas tersingkirnya Pangeran Hidayatullah yang didukung
oleh kaum ulama dan bangsawan keraton serta telah mendapat wasiat dari
Sultan Adam sebagai Sultan Banjar.
- 30 April 1856 : Pangeran Hidayatullah II
menandatangani persetujuan pemberian konsesi tambang batu bara kepada
Hindia Belanda karena pengangkatannya sebagai Mangkubumi Banjar.
- 1857 : Tamjidillah Alwasikh Billah diangkat
Belanda menjadi Sultan Banjar XVII sampai tahun 1860 kemudian dimakzulkan dan
dikirim Belanda ke Bogor.
- 11 November 1858 : Pertama kali meletusnya Perang
Banjar, dipimpin Pangeran Antasari.
- 1 Mei 1859 : Pemerintah Hindia Belanda membuka
pelabuhan di Sampit.[44]
- 18 April 1859 : Penyerangan terhadap tambang
Oranje Nassau dipimpin langsung oleh Pangeran Antasari dibantu oleh
Pembekal Ali Akbar dan Mantri Temeng Yuda atas persetujuan Pangeran
Hidayatulah II.
- 25 Juni 1859 : Hindia Belanda memakzulkan
Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar sebagai hasil kesepakatan Mangkubumi
Pangeran Hidayatullah II dan Kolonel Andresen untuk memulihkan keadaan.
Dengan siasat menempatkan Pangeran Hidayatullah sebagai Sultan Banjar dan
menurunkan Tamjidillah II karena Belanda menilai penyerangan tambang
mereka berkaitan dengan kekuasaan di Kesultanan Banjar.
- 27 September 1859 : Belanda berhasil menduduki
benteng pasukan Pangeran Antasari di Gunung Lawak.
- 5 Februari 1860 : Belanda mengumumkan bahwa
jabatan Mangkubumi Pangeran Hidayat dihapuskan.[45]
- 11 Juni 1860 : Residen Belanda, I. N. Nieuwen
Huyzen mengumumkan penghapusan kerajaan di seluruh Kalimantan, termasuk
pemerintahan Kesultanan Banjar.
- 1860 : Pangeran Syarif Ali Alaydrus putera dari
Syarif Idrus Alaydrus raja Kerajaan Kubu diangkat Belanda menjadi Raja
Sabamban I
- 1861 : Pangeran Abdul Kadir menjadi Raja Pulau
Laut II sampai tahun 1873.
- 14 Maret 1862 : Pangeran Antasari ditabalkan
sebagai Panembahan (Sultan Banjar XVIII) oleh para kepala suku Dayak yang
dipimpin oleh Kiai Yang Pati Jaya Raja, adipati (gubernur) wilayah Tanah
Dusun, Kapuas dan Kahayan.
- 11 Oktober 1862 : Pangeran Antasari (Pahlawan
Nasional) mangkat karena penyakit cacar.
- 1862 : Gusti Muhammad Seman menjadi Sultan Banjar
XIX dalam pemerintahan Pagustian sampai gugur di tembak Belanda pada tahun
1905.
- 1863 : Suku Iban bermigrasi ke daerah hulu sungai
Saribas dan sungai Rajang, dan menyerang suku Kayan di daerah hulu
sungai-sungai dan terus maju ke utara dan ke timur. Perang dan serangan
pengayauan menyebabkan suku-suku lain terusir dari lahannya.
- 27 Februari 1864 : eksekusi Demang Lehman di tiang
gantungan di tanah lapang Martapura.
- 1865 : Pangeran Ratu Anom Kusuma Yudha menjadi
Raja Kotawaringin sampai tahun 1904.
- 16 Agustus 1866 : Muhammad Syafeiuddin II menjadi
Sultan Sambas sampai tahun 1924.
- 1867 : Datoe Maoelana/Ratoe Intan Doera menjabat
Raja Tidung sampai tahun 1896.
- 1867 : Pemberontakan Tagab Koendi di Sampit.
- 1870 : Pemberontakan Panglima Wangkang.
- 1872 : Syarif Yusuf Alkadrie menjadi Sultan
Pontianak V sampai tahun 1895.
- 1873 : Pangeran Berangta Kasuma menjadi Raja Pulau
Laut III sampai tahun 1881.
- 1875 : Pangeran Aji Inggu putera Sultan Sepuh II
Alamsyah menjadi Raja Pasir sampai tahun 1876.
- 1876 : Perang Sukadana dengan Pontianak, pelabuhan
Sukadana akhirnya ditutup. Sultan Abdur Rahman Alamsyah (1876 - 1896)
dinobatkan oleh rakyat menjadi Sultan Pasir di Benua dan Sultan Muhammad
Ali (1876 – 1898) dinobatkan oleh Belanda menjadi Sultan Pasir di Muara
Pasir.
- 1877 : Abdul Momin membuat perjanjian dengan
Gustavus Baron de Over-back dan Alfred Dent mengenai penggadaian terhadap
wilayah-wilayah Brunei di Sabah.
- 1881 : Sabah diambil alih oleh British North
Borneo Company kemudian menjadi protektorat Britania Raya dengan masalah
internal tetap diadministrasi oleh perusahaan tersebut tahun 1888.
Pangeran Amir Husin Kasuma menjadi Raja Pulau Laut IV sampai tahun 1900.
- 1885 :Hashim Jalilul Alam Aqamaddin menjadi Sultan
Brunei sampai tahun 1906.
- 1866 : Tumenggung Gamar gugur dalam suatu
pertempuran.[46]
- 1888 : Permulaannya Brunei menjadi protektorat
Inggris.[47]
- 1894 : Pertemuan suku-suku Dayak di Tumbang Anoi,
Kalimantan Tengah untuk mengakhiri tradisi ngayau.
- 1891 : Perjanjian Inggris-Belanda untuk saling
menghormati kedaultan wilayah maisng-masing.[48]
- 1895 : Pencatatan penduduk Zuider en Ooster
Afdeeling van Borneo terdiri : 598 orang Eropa, 4.525 orang China,
1.534 orang Arab, 116 orang Timur Asing serta 803.013 orang Bumiputera.
Syarif Muhammad Alkadrie menjadi Sultan Pontianak VI sampai tahun 1944.
- 1896 : Datoe Adil menjabat Raja Tidung sampai
tahun 1916.
- 1898 : Kevakuman pemerintahan Kesultanan Pasir
sampai tahun 1899 karena diambil alih Belanda.
- 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en
Ooster Afdeeling van Borneo. Aji Muhammad Alimuddin menjadi Sultan Kutai
XIX sampai 1910. Sultan Ibrahim Khaliluddin menjadi Sultan Pasir sampai
tahun 1908.
- 1903 : Sultan Brunei mengutus surat kepada Sultan
Abdul Hamid II, Turki Usmaniyah karena Limbang (wilayah Brunei) direbut
oleh Charles Brooke pada tahun 1890.
- 1905 : Pangeran Ratu Sukma Negara menjadi Raja
Kotawaringin sampai tahun 1913.
- 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra
dari Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di pedalaman sungai Barito.
- 15 September 1905 : Panglima Batur digantung
Belanda.
- 1906 : Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin
menandatangani Perjanjian Protektorat Inggris atas Brunei dan menerima
Sistem Residen di Brunei. Penggantinya, Muhammad Jamalul Alam II menjadi
Sultan Brunei sampai tahun 1924.
- 1908 : Gusti Muhammad Saunan berkuasa di swapraja
Kerajaan Matan sejak 1908-1944.
- 1914 : Pangeran Ratu Sukma Alamsyah menjadi Raja
Kotawaringin sampai tahun 1939.
- 1919 : Banjarmasin ibukota Zuider en Ooster
Afdeeling van Borneo mendapat otonomi pemerintahan menjadi Gemeente
Bandjermasin.
- 1920 : Untuk menghindari rodi (erakan) yang
dijalankan Belanda gelombang terakhir suku Banjar migrasi menyusuri jalur
selatan Kalimantan Barat, pantai utara Bangka (Belinyu) menuju Kuala
Tungkal dan Tembilahan selanjutnya menyebar ke Sumatera Utara, Batu Pahat
dan Perak, Malaysia. Jalur ini merupakan jalur kuno migrasi Suku Maanyan
ke Madagaskar.
- 14 November 1920 : Sultan Aji Muhammad Parikesit
menjadi Sultan Kutai XX.
- 1923 : Nasional Borneo Kongres ke-1 diprakarsai
oleh Sarekat Islam.
- 1924 : Bulan April Gubernur Jenderal Hindia
Belanda Dirk Fock mengunjungi Banjarmasin.
- 1924 : Muhammad Ali Syafeiuddin II menjadi Sultan
Sambas sampai tahun 1926 dan di Brunei, Ahmad Tajuddin menjadi Sultan
Brunei sampai tahun 1950. Di Banjarmasin, J. De Haan menggantikan
kedudukan C.J. Van Kempen sebagai residen Belanda sampai tahun 1929
- 29 Maret-31 Maret 1924 : National Borneo Congres
ke-2, dihadiri Sarekat Islam lokal dan wakil-wakil Perserikatan Dayak (non
Islam).
- 1926 : Muhammad Ibrahim Syafeiuddin menjadi Sultan
Sambas sampai tahun 1944.
- 1929 : R. Koppenel menjadi residen Belanda di
Banjarmasin sampai tahun 1931.
- 1933 : W.G. Morggeustrom menjadi residen Belanda
di Banjarmasin sampai 1937.
- 12 Juni 1936: Pemerintah Hindia Belanda menetapkan
Tanjung Puting sebagai cagar alam dan suaka margasatwa.
- 1938 : Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi
atas eilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan, Borneo
beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar.[49]
- 1938 : Pemerintah Hindia Belanda mendirikan tiga
provinsi atas eilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan,
Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di
Makassar.[50] Residentie Wester Afdeeling van Borneo dan Zuider en Ooster
Afdeeling van Borneo menjadi sebuah Kegubernuran Borneo dengan dr. A. Haga
sebagai gubernur sampai kedatangan Jepang. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan
menjadi Stads Gemeente Bandjermasin.
- 1940 : Pangeran Ratu Anom Alamsyah menjadi Raja
Kotawaringin sampai tahun 1948.
- 25 Desember 1941 : Jepang membom Lapangan Terbang
Ulin, Landasan Ulin, Banjarbaru.
Jaman Jepang
- 21 Januari 1942 : Jepang menembak jatuh pesawat
Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala.
- 8 Februari 1942 : Jepang memasuki Muara Uya,
Tabalong, Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas selanjutnya menuju
pedalaman Barito yaitu Puruk Cahu, dengan rencana untuk merebut kembali
ibukota Borneo (Banjarmasin) dengan perang gerilya.
- 10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki
Banjarmasin, ibukota provinsi Borneo.[51]
- 12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan
maklumat kota Banjarmasin dan daerahnya diserahkan kepada Pimpinan
Pemerintahan Civil.
- 13 Februari 1942 : Sakaguchi Detachment menduduki
kota Banjarmasin.[52]
- 3 Maret 1945 : Misi operasi Platypus mulai
dijalankankan di Balikpapan.[53]
- 5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat
kabar Kalimantan Raya di Banjarmasin.
- 18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma
ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa tertinggi pemerintah sipil
meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito.
- 1944 : Syarif Thaha Alkadrie menjadi Sultan
Pontianak VII sampai tahun 1945.Muhammad Taufik menjadi Sultan Sambas
sampai tahun 1984.
- 17 April 1945 : Rakyat Banjarmasin mulai
diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara
Jepang baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
Jaman NICA dan Federalisme
Setelah mengambil alih Kalimantan
dari tangan Jepang, NICA mendesak kaum Federal Kalimantan untuk segera
mendirikan Negara Kalimantan menyusul Negara Indonesia Timur yang telah
berdiri. Maka dibentuklah Dewan Kalimantan Barat tanggal 28 Oktober 1946, yang
menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat pada tanggal 27 Mei 1947; dengan
Kepala Daerah, Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak dengan pangkat Mayor
Jenderal. Wilayahnya terdiri atas 13 kerajaan sebagai swapraja seperti pada
zaman Hindia Belanda yaitu Sambas, Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Tayan,
Meliau, Sekadau, Sintang, Selimbau, Simpang, Sukadana dan Matan.
Pangeran Muhammad Noor
Dewan Dayak Besar dibentuk tanggal 7
Desember 1946, dan selanjutnya tanggal 8 Januari 1947 dibentuk Dewan Pagatan,
Dewan Pulau Laut dan Dewan Cantung Sampanahan yang bergabung menjadi Federasi
Kalimantan Tenggara. Kemudian tanggal 18 Februari 1947 dibentuk Dewan Pasir dan
Federasi Kalimantan Timur, yang akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1947 bergabung
menjadi Dewan Kalimantan Timur. Selanjutnya Daerah Kalimantan Timur menjadi
Daerah Istimewa Kalimantan Timur dengan Kepala Daerah, Sultan Aji Muhammad
Parikesit dari Kesultanan Kutai dengan pangkat Kolonel. Daerah Banjar yang
sudah terjepit daerah federal akhirnya dibentuk Dewan Banjar tanggal 14 Januari
1948.
Gubernur Kalimantan dalam
pemerintahan Pemerintah RI di Yogyakarta, yaitu Pangeran Muhammad Noor,
mengirim Cilik Riwut dan Hasan Basry dalam misi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan untuk menghadapi kekuatan NICA. Pada tanggal 17 Mei 1949, Letkol
Hasan Basry selaku Gubernur Tentara ALRI Wilayah IV Pertahanan Kalimantan
memproklamirkan sebuah Proklamasi Kalimantan yang isinya bahwa
"Kalimantan" tetap sebagai bagian tak terpisahkan dari Negara
Republik Indonesia yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
Pemerintah Gubernur Militer ini merupakan upaya tandingan terhadap terbentuknya
Dewan Banjar yang didirikan Belanda.
Di masa Republik Indonesia Serikat,
Kalimantan menjadi beberapa satuan-kenegaraan yaitu :
- Daerah Istimewa Kalimantan Barat dengan ibukota
Pontianak.
- Federasi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda.
- Dayak Besar dengan ibukota sementara Banjarmasin.
- Daerah Banjar dengan ibukota Banjarmasin.
- Federasi Kalimantan Tenggara dengan ibukota Kotabaru.
Sejak tahun 1938, Borneo-Hindia
Belanda (Kalimantan) merupakan satu kesatuan daerah administratif di bawah
seorang gubernur, yang berkedudukan di Banjarmasin, dan memiliki wakil di
Volksrad. Wakil Kalimantan di Volksrad :
- Pangeran Muhammad Ali (sebelum 1935) digantikan
anaknya,
- Pangeran Muhammad Noor (1935-1939) digantikan oleh,
- Mr. Tadjuddin Noor (1939-1945)
- Dr. A. Haga (1938-1942), gubernur dari Kegubernuran
Borneo berkedudukan di Banjarmasin
- Pangeran Musa Ardi Kesuma (1942-1945), Ridzie
Kalimantan Selatan dan Tengah
- Ir. Pangeran Muhammad Noor (2 September 1945), gubernur
Kalimantan berkedudukan di Yogyakarta
- dr. Moerjani (14 Agustus 1950), gubernur Kalimantan
berkedudukan di Banjarmasin
- Mas Subarjo (1953-1955), gubernur Kalimantan
berkedudukan di Banjarmasin
- Raden Tumenggung Arya Milono (1955-1957), gubernur
Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin.
Pembentukan kembali provinsi
Kalimantan tanggal 14 Agustus 1950 sesudah bubarnya RIS, diperingati sebagai
Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan (dahulu bernama provinsi Kalimantan,
salah satu provinsi pertama). Hingga tahun 1956 Kalimantan dibagi menjadi 3
provinsi, yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat.
Selanjutnya pada tanggal 23 Mei 1957, secara resmi terbentuklah propinsi
Kalimantan Tengah yang sebelumnya bernama Daerah Dayak Besar sebagai bentuk
pemisahan diri dari Kalimantan Selatan, berdiri menjadi provinsi ke-17 yang
independen.
- 1945 : Sultan Hamid II menjadi Sultan Pontianak
VIII sampai tahun 1950.
- 6 Mei 1945 : Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI
(MN=Muhammad Noor)
- 2 September 1945 : Pemerintahan Sukarno-Hatta
melantik Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernur Kalimantan.
- 17 Oktober 1945 : Penerjunan pertama pasukan
payung Republik Indonesia di Desa Sambi, Arut Utara, Kotawaringin Barat
(Palagan Sambi). Tanggal ini menjadi Hari Jadi Paskhas TNI AU.
- 9 November 1945 : Pertempuran di Banjarmasin
melawan Belanda.
- 31 Januari 1946 : Di Yogyakarata, Presiden Sukarno
menerima 32 pemuda Kalimantan[54]
- 1946 : Pemerintahan perusahaan British North
Borneo Company berakhir dan Sabah menjadi koloni dari British North Borneo
sampai menjadi federasi Malaysia pada 1963.
- 17 Mei 1949 : Proklamasi Kalimantan oleh Gubernur
Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry
(Pahlawan Nasional).
- 1950 : Omar Ali Saifuddin III menjadi Sultan
Brunei 1967.
- 18 April 1950 : Pembubaran Dewan Dayak Besar,
Dewan Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara.
[sunting] Jaman modern
- 14 Agustus 1950 : Pembentukan provinsi Kalimantan
setelah bubarnya RIS dengan gubernur dr. Moerjani, tetap diperingati
sebagai Hari Jadi Propinsi Kalimantan Selatan.
- 23 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri
Sultan Muhammad Seman, tokoh emansipasi wanita Kalimantan, sebelumnya diasingkan
di Cianjur.
- 4 Oktober 1956 : Sidang Kabinet memutuskan untuk
memekarkan Propinsi Kalimantan menjadi tiga provinsi otonom.
- 7 Desember 1956 : Kalimantan dipecah menjadi
provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
- 23 Mei 1957 : Pembentukan provinsi Kalimantan
Tengah dimekarkan dari Kalimantan Selatan.
- 1960 : Populasi Sarawak 745.000 jiwa, Borneo Utara
(Sabah) 454.000 jiwa dan Brunei 84.000 jiwa.[55]
- 8 Desember 1962 : Revolusi Brunei pecah yang
dipimpin oleh Yassin Affandi dan pemberontak bersenjatanya (Tentara
Nasional Kalimantan Utara).
- 1963 : Sabah dan Sarawak bergabung dalam federasi
Malaysia.
- 1963 : Tanggal 20 Januari pemerintah Indonesia
mencetuskan Konfrontasi terhadap Malaysia.[56]
- 1964 : Bulan Mei, Presiden Sukarno mencetuskan
Dwikora.[57]
- 1967 : Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah
menjadi Sultan Brunei XXIX hingga kini.
- 1967 : Tanggal 28 Nopember, tentara Indonesia
berperang melawan gerilyawan Komunis di perbatasan Sarawak.[58]
- 4 Januari 1979 : Brunei dan Britania Raya telah
menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan.
- 1 Januari 1984 : Brunei Darussalam telah berhasil
mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
- 1984 : Pangeran Ratu Winata Kusuma sebagai kepala
rumah tangga Kesultanan Sambas.
- 12 Mei 1984 : Penetapan Taman Nasional Tanjung
Puting oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia.
- 1999 : Haji Aji Muhammad Salehuddin II menjadi
Raja Kutai Kartanegara XXI hingga kini.
- 26 Mei - 29 Mei 2008 : Rakernas I Majelis Adat
Dayak Nasional di Palangkaraya menuntut Otonomi Khusus untuk Kalimantan
- 29 Desember 1996 : Awal kerusuhan Sambas.[59]
- 2007 : Bulan Agustus, sebuah ekspedisi penelitian
pulau Kalimantan menemukan spesies katak yang langka.[60]
Kerajaan yang pernah ada
Daftar kerajaan-kerajaan sejak masa
zaman Hindu sampai kerajaan-kerajaan yang didirikan oleh kolonial Belanda,
diantaranya masih eksis yang sekarang disebut keraton saja, kecuali Brunei
adalah :
Kalimantan Barat
- Kerajaan Sambas
- Kerajaan Batu Laras
- Kerajaan Tanjungpura
- Kerajaan Kendawangan
- Kerajaan Landak
- Panembahan Sukadana
- Panembahan Sambas
- Kesultanan Sukadana
- Kesultanan Sambas
- Kerajaan Sintang
- Kerajaan Sanggau
- Panembahan Mempawah
- Panembahan Matan
- Kerajaan Sekadau
- Kerajaan Tayan
- Kerajaan Meliau
- Kesultanan Pontianak
- Kerajaan Kubu
- Kerajaan Simpang
- Kerajaan Silat
- Kerajaan Ambawang
- Kerajaan Bunut
- Kerajaan Piasak
- Kerajaan Jongkong
- Kerajaan Selimbau
- Kerajaan Suhaid
- Kerajaan Silawang
Kalimantan Timur
- Kerajaan Tidung
- Kesultanan Bulungan
- Kesultanan Berau
- Kesultanan Gunung Tabur
- Kesultanan Sambaliung
- Kutai Kartanegara
- Kutai Martadipura
- Pasir
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
- Tanjung Puri
- Kuripan
- Negara Dipa
- Negara Daha
- Banjar
- Tanah Bumbu
- Bangkalaan
- Batoe Litjin
- Tjangtoeng
- Manoenggoel
- Tjingal
- Sampanahan
- Koensan
- Pegatan
- Poelau Laoet
- Sabamba
- Daftar provinsi di Indonesia sepanjang masa
Referensi
- ^
borneo
- ^
borneol definition
- ^
'Baru nah'
- ^
(Indonesia) Slamet Muljana, Tafsir sejarah Nagarakretagama, PT LKiS
Pelangi Aksara, 2006 ISBN 9792552545, 9789792552546
- ^
(Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan
timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara.
hlm. 61. ISBN 9798451163.ISBN 9789798451164
- ^
(Inggris)MacKinnon, Kathy (1996). The ecology of Kalimantan. Oxford
University Press. ISBN 9780945971733.ISBN 0-945971-73-7
- ^
(Inggris) Townsend, George Henry (1867). A manual of dates: a
dictionary of reference to the most important events in the history of
mankind to be found in authentic records (edisi ke-2). Warne. hlm. 160.
- ^
(Inggris) Keppel, Sir Henry (1846). The expedition to Borneo of H.M.S.
Dido for the suppression of piracy: with extracts from the journal of
James Brooke, esq. of Sarāwak. 2 (edisi ke-2). Chapman and
Hall.
- ^
(Melayu)Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa
Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian
PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.
- ^
(Inggris) Crawfurd, John (1856). A descriptive dictionary of the Indian
islands & adjacent countries. Bradbury & Evans. hlm. 65.
- ^
(Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan
timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara.
hlm. 70. ISBN 9798451163.ISBN 9789798451164
- ^
(Inggris) Crawfurd, John (1856). A descriptive dictionary of the Indian
islands & adjacent countries. Bradbury & Evans. hlm. 65.
- ^
(Belanda) Blume, Carl Ludwig (1843). De Indische Bij. 1.
H.W. Hazenburg. hlm. 333.
- ^
(Belanda) L. C. van Dijk, Ne©erland's vroegste betrekkingen met Borneo,
den Solo-Archipel, Camobdja, Siam en Cochin-China, Scheltema, 1862
- ^ a b
(Indonesia)Poesponegoro, Marwati Djoened (1992). Sejarah nasional
Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia. PT Balai Pustaka.
- ^ a b
(Belanda)van Dijk, Ludovicus Carolus Desiderius (1862). Neêrlands
vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en
Cochin-China: een nagelaten werk. J. H. Scheltema. hlm. 137.
- ^ a b
c d (Indonesia)Kiai Bondan, Amir Hasan (1953). Suluh Sedjarah
Kalimantan. Bandjarmasin: Fadjar.
- ^ a b
(Indonesia) Hermanus Johannes de Graaf, Puncak kekuasaan Mataram: politik
ekspansi Sultan Agung, Grafitipers, 1986
- ^
(Indonesia) Abdul Gafar Pringgodigdo, Hassan Shadily, Ensiklopedi umum,
Kanisius, 1973 ISBN 979-413-522-4, 9789794135228
- ^
(Inggris)Popular encyclopedia (1862). The Popular Encyclopedia: Or,
Conversations Lexicon. Blackie. hlm. 631.
- ^
(Inggris) Thorn, Sir William (2004). The conquest of Java. Tuttle
Publishing. ISBN 0794600735.ISBN 9780794600730
- ^
(Inggris) (1830) The Edinburgh Encyclopaedia. 3. Printed for
W. Blackwood. hlm. 732.
- ^
Characteristics of the Diocese Diocese of Palangka Raya
- ^
(Inggris)=Muzium Brunei (1971). Brunei Museum journal. 2.
- ^ R.
Suntharalingam, The British in Banjarmasin: An Abortive Attempt in
Settlement 1700-1707
- ^
(Inggris) De Bow, James Dunwoody Brownson (1853). De Bow's review. 15.
J.D.B. De Bow. hlm. 244.
- ^
(Inggris) MacGregor, M. P., John (1848). Commercial Statistics.
hlm. 340.
- ^
(Inggris) Jedidiah Morse, Aaron Arrowsmith, Samuel Lewis (1819). The
American universal geography: or, A view of the present state of all the
kingdoms, states and colonies in the known world... (edisi ke-7).
Published by Lincoln & Edmands, S.T. Armstrong, West, Richardson &
Lord. hlm. 687.
- ^
(Inggris) (1751) The Gentleman's magazine, 21, hlm. 562
- ^
(Inggris)(1752) The True Briton. hlm. 63.
- ^
(Inggris) Pinkerton, John (1806). Modern geography: A description of
the empires, kingdoms, states, and colonies; with the oceans, seas, and
isles in all parts of the world... (edisi ke-2). T. Cadell.
hlm. 479.
- ^
(Inggris) Tegg, Thomas (1829). London encyclopaedia; or, Universal
dictionary of science, art, literature and practical mechanics: comprising
a popular view of the present state of knowledge. 4. Printed
for Thomas Tegg. hlm. 339.
- ^
Buginese on Borneo
- ^
(Inggris) Smedley, Edward (1845). Encyclopædia metropolitana; or,
Universal dictionary of knowledge. hlm. 717.
- ^
(Indonesia) Rosihan Anwar, Sejarah kecil "petite histoire"
Indonesia, Jilid 1, Penerbit Buku Kompas, 2004 ISBN 979-709-141-4,
9789797091415
- ^ Padoeka
Ratoe IMAN OEDDIN, Pangeran jang bertachta karadja'an
KOTARIENG'AN(Belanda) Philippus Pieter Roorda van Eysinga, Handboek der
land- en volkenkunde, geschiedtaal-, aardrijks- en staatkunde von
Nederlandsch Indie. 3 boeken (in 5 pt.), 1841
- ^
(Inggris) Hamilton, Walter (M. R. A. S.) (1828). The East Indian
gazetteer: containing particular descriptions of the empires, kingdoms,
principalities, provinces, cities, towns, districts, fortresses, harbours,
rivers, lakes, &c. of Hindostan, and the adjacent countries, India
beyond the Ganges, and the Eastern archipelago; together .... 1
(edisi ke-2). Printed for Parbury, Allen and Co.. hlm. 283.
- ^
(Inggris) Royal Geographical Society (Great Britain), Norton Shaw, Hume
Greenfield, Henry Walter Bates (1853). The Journal of the Royal
Geographical Society .... 23. J. Murray. hlm. 85.
- ^
(Inggris) McCulloch, John Ramsay (1841). A Dictionary, Geographical,
Statistical, and Historical: Of the Various Countries, Places and
Principal Natural Objects in the World. 1. Longman, Orme,
Brown, Green and Longmans. hlm. 414.
- ^
(Indonesia) Th. van den End, Ragi Carita 1, Jilid 1 dari Ragi carita:
sejarah gereja di Indonesia, BPK Gunung Mulia, 1987, ISBN 979-415-188-2,
9789794151884
- ^
(Inggris) Britain. Parliament, Great (1851). The Parliamentary debates
(Authorized edition). 118. H. M. Stationery Office.
hlm. 118.
- ^
(Indonesia)Poesponegoro (1992). Sejarah nasional Indonesia: Nusantara
di abad ke-18 dan ke-19. Indonesia: PT Balai Pustaka. hlm. 275.
ISBN 979-407-410-1.ISBN 9789794074107
- ^
(Belanda) J. B. J Van Doren (1860). Bydragen tot de kennis van
verschillende overzeesche landen, volken, enz. 1. J. D.
Sybrandi. hlm. 241.
- ^
(Inggris) Cilacap (1830-1942): bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di
Jawa. Kepustakaan Populer Gramedia. 3 Juli 2002. ISBN 9789799023698.ISBN
979-9023-69-6
- ^
(Indonesia) Tamar Djaja, Pustaka Indonesia: riwajat hidup orang-orang
besar tanah air, Volume 2, Bulan Bintang, 1966
- ^
(Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah nasional Indonesia:
Nusantara di abad ke-18 dan ke-19, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN
979-407-410-1, 9789794074107
- ^
(Inggris) Rottman, Gordon L. (2002). World War 2 Pacific island guide.
Greenwood Publishing Group. hlm. 205. ISBN 0313313954. 9780313313950
- ^
(Inggris) Olson, James Stuart (1991). Historical dictionary of European
imperialism. hlm. 70. ISBN 0313262578.ISBN 9780313262579
- ^
(Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah
nasional Indonesia: Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia
Belanda, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN 979-407-411-X, 9789794074114
- ^
(Indonesia) -Poesponegoro, Marwati Djoened (1992). Sejarah nasional
Indonesia: Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda.
PT Balai Pustaka. ISBN 979407411X.ISBN 9789794074114
- ^
(Inggris) Keat Gin Ooi, The Japanese Occupation of Borneo, 1941-45
Routledge Studies in the Modern History of Asia, Taylor & Francis,
2011 ISBN 0-415-45663-0, 9780415456630
- ^
(Inggris) Rottman, Gordon L. (2002). World War 2 Pacific island guide.
Greenwood Publishing Group. ISBN 0-313-31395-4.ISBN 9780313313950
- ^
(Inggris) A. B. Feuer, Australian commandos: their secret war against the
Japanese in World War II, Stackpole Military history series, Stackpole
Books, 2006, ISBN 0-8117-3294-0, 9780811732949
- ^
(Indonesia) Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, Ediati Kamil,
Kronik revolusi Indonesia, Volume 1, Kepustakaan Populer Gramedia, 1999
ISBN 979-9023-27-0, 9789799023278. Diakses 3 September 2010]
- ^ The
Malaysian Federation, Indonesia and the Philippines: A Study in Political
Geography, The Geographical Journal, Sep., 1963
- ^
Indonesia, Malaya, and the North Borneo Crisis, Asian Survey, Apr., 1963
- ^
(Inggris)Davidson, Jamie (1995). From rebellion to riots: collective
violence on Indonesian Borneo. NUS Press. hlm. 54. ISBN 9971694271.
ISBN 978-9971-69-427-2
- ^ The
Sarawak-Indonesia Border Insurgency
- ^
(Indonesia) van Klinken, Gerry (2007). Perang Kota Kecil. Yayasan
Obor Indonesia. hlm. 93. ISBN 9794616524. ISBN 978-979-461-652-9
- ^
Kalimantan - Indonesia