Minggu, 13 Oktober 2019

PERANG URAT SARAF ATAU PROPAGANDA (SY WAR ) ADA YANG BURUK DAN ADA YANG BAIK

Secara sederhana, pengertian propaganda dapat dimaknai sebagai usaha Doktrin untuk mempengaruhi pendapat, ideologi atau perilaku masyarakat. Tujuan dari propaganda adalah mengubah perilaku masyarakat atau orang lain sehingga bertindak dan berpikir sesuai dengan keinginan si propagandis (orang yang melakukan propaganda) pengertian propaganda adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya. Ditambahkan pula menurutnya bahwa propaganda adalah kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat kongkrit dan akurat melalui sebuah cerita, rumor dan bentuk-bentuk lain dalam komunikasi sosial
Komunnikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan berulang-ulang untuk mempengaruhi seseorang, khalayak atau Bangsa ini agar melaksanakan kegiatan tertentu dengan kesadaran sendiri tanpa paksa atau dipaksa.

Perang urat saraf bertujuan menebar ketakutan. Siapa yang dibuat ketakutan tidak mungkin kenal rasa takut. Lantas siapa? Yang hendak dibuat takut inilah sasaran perang urat saraf. Para elit yang dapat mereka gerakan dengan topeng kepentingan untuk melakukan pembentukan opini publik atau memperkeruh semua sendi sendi kehidupan Berbangsa dan Bernegara sehingga kita selalu bertikai dan berdebat untuk hal-hal yang tidak berguna. Yang pada akhirnya Bangsa ini kehabisan energi dan lupa untuk membangun bangsa ini. Inilah target perang urat saraf.
Penyebaran rasa frustasi dan skeptisisme, musuh berusaha membuat masa depan selalu terlihat gelap dan beban bertambah berat di mata

masyarakat agar rakyat tidak memiliki harapan apapun
di manapun rakyat saling saling bertikai satu sama yang lain, maka di situ pasti ada kehendak jahat dan anti Pancasila. Di saat kita bertikai, merenunglah dan kita akan segera menemukan keberadaan napsu kerusakan atau teror, termasuk pada keluarga maupun pada diri sendiri

Teknik propaganda ini menggunakan ‘kata yang baik’ untuk melukiskan sesuatu agar mendapat dukungan, tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Teknik propaganda ini digunakan untuk menonjolkan propagandis dengan mengidentifikasi dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan agung.


Rabu, 01 Maret 2017

PERJALANAN AKTIVITAS DAPAT MENEMPUH KEGIATAN SEHARI HARINYA

‘Perjalanan seribu mil dimulai dengan langkah pertama’. Pesan moral dari kata-kata mutiara pendek ini adalah tindakan. Action is POWER! Kita mungkin punya impian indah dan segudang rencana, tapi semua itu tidak akan menghasilkan apapun, jika kita tidak berani Action. Seperti akar kata motivasi dalam bahasa Inggris, berasal dari kata ‘motive’ (tujuan) & ‘action’ (tindakan). Jadi dalam hidup, harus ada tujuan dan tindakan. Pastikan diri kita untuk mengayunkan kaki, menggerakkan tangan, dan tubuh. Maka pikiran dan jiwa akan merespon, membuat kita terus bergerak. Langkah pertama pasti akan terasa berat dan melelahkan. Namun itu akan menjadi penentu bagi langkah-langkah kita berikutnya. Agar lebih mantap dalam berjuang, miliki: persiapan matang, target yang menantang & menggairahkan, serta visi & misi yang jelas. Mulailah melangkah dari hal yang kita sukai & kuasai. Dengan cara itu, kita akan lebih mampu pada saat menghadapi berbagai tantangan rintangan. Yang pasti untuk menjadi yang terbaik, kita juga harus memberikan yang terbaik! Sebagai anak petualang, jangan cepat menyerah! Fokus & terus berusaha! Banyak-banyak belajar & bertanya pada keberhasilan pengalaman seseorang yang berpengalaman. Sikap responsif, gesit, dan tangkas dalam bertindak akan membuka banyak peluang meraih kesuksesan. Mari, kerahkan semangat kera maksimal, kerja maksimal, perjuangan maksimal! Maka pelan pelan tapi pasti, kita akan menjadi yang terbaik. Semoga bisa membantu teman-teman sahabat sekalian agar berani Action dalam menggapai tujuan impian. Selamat menjalankan aktivitas kegiatan kita sehari harinya

Waktu telah mengalir dan berganti  bagaikan air yang datang dan pergi tak ku mengerti. Mentari datang silih berganti.  Siang Malam menampakkan kerinduan. Detik, menit, jam, hari, minggu dan tahun datang beriringan mengisi waktu dimensi ruang dan tak berbentuk keadaannya. Setiap kejadian selalu berkaitannya dengannya, Sang Maha Kuasa juga tak main-main dengan waktu, Bahkan juga kita bersumpah “Demi Waktu, demi fajar, demi malam, demi waktu kewajiban” Waktu terus berjalan dan terus berputar, Hingga hari akhir tiba juga. Pantas kah kita berdiam diri dengan waktu, Bahkan menyia-nyiakannya waktu itu juga Sang waktu tak pernah ingin kenal ”siapa engkau, dari mana kamu, ataucantik-jelek, ganteng, miskin-kaya, dermawan ? Semua akan sia-sia kecuali taqwa dan amal   membawa kita adalah waktu Waktu terus akan menjalankan tugasnya, Hingga menjelang berakhirnya kegiatan perjalanan ini. Perjalannan hidup akan terus menggulirkan panahnya, Hingga takdirnya dipertemukan denganNya Hidup ini singkat dan tak tau kapan akan berujung, ibarat para tokoh yang bermain dalam zaman waktu ini, Sedangkan Sang Maha Kuasa adalah Sutradara permainan semua ini. Menjadi yang terbaik harus kita jadikan prinsip. Karena mereka lah yang akan memenangkan pertarungan pertandingan untuk mengharapkan ridho dan jalannya yang maha kuasa

Hidup selalu berputar; ada saat kita berada di "atas" dan ada saatnya pula kita berada di "bawah". Karena ini saat di atas, kita jangan tinggi hati. Saat di bawah jangan rendah diri dan putus asa. Itu prinsip kehidupan yang selalu kita pegang. Pelajari kelemahan kekeutan kita, agar kesalahan tidak terulang kembali. Belajar dan sambil berjuang

Jika kita bertaruh dan memenangkan yang Anda anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting, apalah artinya? Ada banyak hal dengan kadar kepentingan yang berbeda-beda. Jangan sampai Anda menyesali apa yang sudah terlambat. Bahkan, banyak hal yang selama ini tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang. Bersikeras melawan keburukan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. 
Maka waktu dan kesempatan juga, kita bisa jadi dengan, kondisi kita sekarang "akibat" yang kurang baik saat ini adalah "waktu" dari Tuhan untuk menjadi sebab akibat yang lebih baik menjadi terbaik di masa mendatang. Begitu juga, saat kita mendapatkan ujian, halangan, atau rintangan saat ini, bisa jadi itu akan memicu orang untuk berbuat lebih menjadi banyak kebaikan setelah melalui berbagai ujian dan cobaan. Sehingga dengan keyakinan tersebut, kita justru bisa "bersyukur" saat mendapat musibah
Moment spesial yaitu moment dimana kita dan sahabatmu saling bertatapan dan saling tahu apa yang kalian pikirkan dan akhirnya tertawa saling melepas kerinduan saling tukar pengalaman didalam perjalanan.


Minggu, 29 Mei 2016

KARAKTER KEPEMIMPINAN AKAN TERLIHAT DARI HASIL AKHIRNYA NANTI

Majunya sebuah  Negara pasti karena sifat Leadership kepemimpinannya yang dimiliki oleh seorang Pemimpin. Setiap Negara kita semua pasti tau seorang Pemimpin Negara. Minimal setiap orang yang ada didunia ini adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Seorang pemimpin, setidaknya punya kemampuan untuk dapat bisa mengayomi, membimbing, mengarahkan mensejahterakan rakyatnya serta, mengembangkan kekuatan & kelebihan yang dipimpinnya untuk diarahkan pada satu tujuan keadilan dan kemakmuran Kesejahteraan rakyatnya yaitu tercapainya target cita cita bersama untuk negaranya Sifat Kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin negara yaitu Keberanian—untuk berubah & mengubah salah satu tujuan programnya pemimpin yang berani berubah & mengubah, walaupun di depan banyak tantangan. Ini adalah proses perjuangan memegang prinsip yang benar dan dijalankan secara konsisten Untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik, keberhasilan yang lebih sempurna, Pemimpin perlu berubah dan mengubah. Dimulai dengan apa yang menjadi impian Rakyatnya sebagai pemimpin diri sendiri harus punya prinsip, bisa memilih & memegang yang baik dan benar untuk dijalankan secara konsisten. Pemimpin punya jati diri dengan tegas & berwibawa, mulai dari hal-hal kecil. Contoh: tepat waktu konsentrasi selama bekerja & tepati menepati janji janjinya Dari hal-hal kecil yang dilakukan secara rutin & konsisten, dimana karakter kepemimpinan akan terbentuk.dari Hasil akhirnya nanti 

Sikap Profesionalisme Pemimpin adalah sikap kerja yang mandiri, berdedikasi, menginginkan hasil yang maksimal dengan bekerja sebaik-baiknya. Bukan atas dasar penilaian orang lain semata, tetapi karena memang standar kualitas Pemimpin yang unggul. Juga sama dengan menjalani kehidupan ini. Setiap perbuatan Pemimpin berbuat salah maupun disalahi oleh orang lain. Mungkin tidak ada orang yang tahu, tetapi sekurang-kurangnya Pemimpin dan Tuhan lah yang tau, tempat Pemimpin mempertanggungjawabkan setiap perbuatan Pemimpin hingga akhir kehidupan  akahir nanti  Ketulusan dan niat kita menjalankan tugas dan tanggung jawabnya cermin ketaqwaan pemimpin kepada sang Khalik penciptanya dengan. Nikmat mencapai kemenangan ada di rasa syukur dan ketulusan Pemimpin menjalaninya hingga tuntas akhir jabatanya

Seorang Pemimpin jangan“melarikan diri” dari masalah. Seringkali para Pemimpin merasakan sudah berjuang maksimal tetapi belum mendapatkan yang dia inginkan. Jangan pernah putus asa belum berhasil bukan karena Pemimpin tidak mampu, namun, Para Pemimpin belum memaksimalkan semua kekuatan yang dia miliki. Jika Pemimpin mau mengaktualisasikan diri dengan menggali kemampuan dalam dirinya terus menerus, niscaya, keberhasilan Pemimpin pasti akan meningkat lebih pesat dan kesuksesan menanti kita dengan hasil janjinya

Sabtu, 30 April 2016

BANGSA YANG BESAR ADALAH RAKYATNYA MENGHARGAI JASA PAHLAWANNYA

Sejarah telah mencatat perjalanan panjang pahlawan-pahlawan kita yang rela berkorban dalam mencapai cita-cita kemerdekaan.sudah Setengah abad lebih untuk sebuah masa adalah bukan merupakan interval waktu yang pendek untuk kita sebagai generasi muda untuk melakukan proses refleksi, evaluasi diri dan kalau dapat dikatakan sebagai re-thingking bagi kita untuk benar-benar menginsyafi dan mengilhami pola gerak para pahlawan kita. Setiap tahun tentunya kita selalu memperingati Hari kemerdekaan hari Pahlawan. Banyak kegiatan-kegiatan untu kita seminarkan, diskusi, loka karya, sampai nyekar kuburan diselenggarakan untuk itu. Tapi apa sampai disitu ?, sehingga kita hanya kaya dalam pemikiran saja tapi miskin dalam manifestasi perjuangan. Hanya kita sebagai generasi muda yang cuman mewarisi abu abu nya sejarah saja yang a historis terhadap tokoh-tokoh perjuangan bangsa. Bukan dikatakan terlalu out of date bila kita mengenang akan jasa-jasa mereka, dan bukan pula kita menikmati romantika sejarah saja, tetapi bukan tidak mungkin jika melupakan sejarah bangsa, maka kita akan berdiri di atas kehampaan dan kekosongan belaka.
Puji syukur dan rahmat kita panjatkan kepada Tuhan YME dan segenap perjuangan para pahlawan yang telah menghantarkan kita sampai pada jembatan emas kemerdekaan Indonesia yang sudah kita lalui.

Dengan jasa para pahlawan bangsa, maka mereka hanya akan terlupakan jasanya saja tapi Kita harus ingat pada satu semboyan yang luhur: “Bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai jasa jasa pahlawannya”
"Sebagai Anak veteran saya sebagai Rakyat berharap generasi muda bangsa tidak melupakan nilai-nilai patriotisme semangat para pejuang kemerdekaan, untuk dapat menjaga nilai nilai juang pendahulu serta wajib dapat membela Negara Kesatuan Republik Indonesia "

Sabtu, 19 Maret 2016

SEJARAH ADANYA PULAU KALIMANTAN

Sejarah Kalimantan menggambarkan perjalanan sejarah Pulau Kalimantan dimulai sejak zaman prasejarah ketika manusia ras Austrolomelanesia memasuki daratan Kalimantan pada tahun 8000 SM hingga sekarang.[rujukan?]
Bangsa Austronesia memasuki pulau ini dari arah utara kemudian mendirikan pemukiman komunal rumah panjang. Peperangan antar-klan menyebabkan pemukiman yang selalu berpindah-pindah. Adat pengayauan yang dibawa dari Formosa (Taiwan) dan kepercayaan menghormati leluhur dengan tradisi kuburan tempayan merupakan ciri umum kebiasaan penduduknya. Pulau Kalimantan ini dikenal di seluruh dunia dengan nama Borneo yaitu sejak abad ke-15 M. Nama Borneo itu berasal dari nama pohon Borneol (bahasa Latin: Dryobalanops camphora)yang mengandung (C10H17.OH) terpetin, bahan untuk antiseptik atau dipergunakan untuk minyak wangi dan kamper, kayu kamper yang banyak tumbuh di Kalimantan,[1][2] kemudian oleh para pedagang dari Eropa disebut pulau Borneo atau pulau penghasil borneol, Kerajaan Brunei yang ketika datangnya bangsa Eropa ke wilayah Nusantara ini nama Brunei itu dipelatkan oleh lidah mereka menjadi "Borneo"[rujukan?] dan selanjutnya nama Borneo ini meluas ke seluruh dunia. Nama Pulau ini di identikkan dengan nama Kerajaan Brunei[3] saat itu (Yaitu oleh para pedagang Arab, Eropa serta China) karena Kerajaan Brunei pada masa itu merupakan kerajaan yang terbesar di pulau ini, sehingga para pedagang dari seluruh penjuru dunia yang akan berkunjung ke Pulau ini yang ditujunya meraka adalah Kerajaan terbesar dipulau ini saat itu yaitu Kerajaan Brunei, sehingga pulau ini kemudian disebut Pulau Brunei yang oleh pedagang Eropa kemudian di pelatkan menjadi "Borneo". Nama Kalimantan dipakai di Kesultanan Banjar kemudian oleh pemerintah Republik Indonesia dipakai sebagai nama Provinsi Kalimantan.
  • 8000 SM : Migrasi manusia ras Austrolomelanesia memasuki daratan Kalimantan.
  • 2500 SM : Migrasi nenek moyang suku Dayak dari Formosa (Taiwan) ke Kalimantan membawa tradisi ngayau.
  • 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Kalimantan.
Orang Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah (P'ulo Chung). Para pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun orang Melayu yang telah mendapat pengaruh budaya India memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan intan untuk memenuhi permintaan pasar. Lokasi pertambangan emas berkembang menjadi pemukiman sehingga diperlukan adanya suatu kepemimpinan. Pengaruh India ditandai munculnya kerajaan tahap awal dengan pemakaian gelar Maharaja bagi pemimpin suatu kekerabatan (bubuhan) dan sekelompok orang lainnya yang bergabung dalam kepemimpinannya dalam kesatuan wilayah wanua (distrik), yang saling berseberangan dengan wanua-wanua tetangganya yang dihuni keluarga lainnya dengan dikepalai tetuanya sendiri. Gelar India Selatan warman (yang melindungi) dilekatkan pada penguasa wanua tersebut, yang kemudian memaksa wanua-wanua tetangganya membayar upeti berupa emas dan hasil alam yang laku diekspor. Klan-klan (bubuhan) mulai disatukan oleh suatu kekuatan politik yang memusat menjadi sebuah mandala (kerajaan) yang sebenarnya bukan tradisi Austronesia. Kerajaan awal ini sudah merupakan campuran ras yang datang dari beberapa daerah, tetapi di pedalaman bangsa Austronesia masih hidup dalam komunitas rumah panjang yang mandiri dan terpisah serta saling berperang untuk berburu kepala.
  • 242-226 SM : Candi Agung di kota Amuntai didirikan, merupakan situs kerajaan pertama. Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20).
  • 200 : Penduduk Nusa Kencana migrasi ke pulau Bawean selanjutnya ke pulau Jawa, sebagian melanjutkan perjalanan ke pulau Pawinian (Karimun Jawa) menuju Sumatera.
  • 400 : Pendatang India meng-hindu-kan raja dari Kerajaan Kutai sehingga terbentuklah kerajaan Hindu pertama di Nusantara. Prasasti Yupa dan Lesong Batu oleh Raja Mulawarman menandai zaman sejarah.
  • 525 : Suku Melayu yang sudah mendapat pengaruh India memperkenalkan sistem kerajaan kepada bangsa Austronesia di lembah sungai Tabalong yaitu suku Maanyan dan suku Bukit sehingga berdirinya Kerajaan Tanjungpuri/Kerajaan Nan Sarunai berpusat di Tanjung.
  • 600 : Sebagian Proto Suku Dayak Maanyan bermigrasi ke Madagaskar.
  • 700 : Pengaruh Kerajaan Melayu dan Sriwijaya ditandai penemuan patung Buddha Dipamkara dan batu bertulis aksara Pallawa "siddha" dari abad ke-7 di sungai Amas, Kalimantan Selatan.
  • 745 : Kedatangan Islam pertama kali di Nusantara ditandai penemuan Batu Nisan Sandai di Sandai, Ketapang wilayah Kerajaan Tanjungpura bertarikh 127 Hijriah (745 M).
  • 1076 : Kerajaan Bulungan berpusat di kawasan Bulungan sampai tahun 1156.
  • 1156 : Pusat Kerajaan Bulungan berpindah ke pesisir yakni, di kawasan sungai Kayan sampai 1216.
  • 1222 : Berdirinya Kerajaan Singhasari, salah satu propinsinya adalah Kerajaan Bakulapura di barat daya Kalimantan.
  • 1292 : Ratu Sang Nata Pulang Pali I memerintah Kerajaan Landak, Kalimantan Barat.
  • 1293 : Berdirinya Kerajaan Majapahit dengan wilayah pengaruhnya lama-kelamaan mencakup seluruh Kalimantan.
  • 1300 : Aji Batara Agung Dewa Sakti menjadi Raja Kutai Kartanegara I sampai tahun 1325. Ia mendirikan kerajaannya di Tepian Batu yang kini dinamakan Kutai Lama.
  • 1318 : Odorico da Pordenone seorang penjelajah Italia mengunjungi Kalimantan.
  • 1325 : Aji Batara Agung Paduka Nira menjadi Raja Kutai Kartanegara II sampai tahun 1360.
  • 1340 : Patih Gumantar memerintah di Kerajaan Mempawah.
  • 1360 : Aji Maharaja Sultan menjadi Raja Kutai Kartanegara III sampai tahun 1420. Walupun raja belum memeluk Islam, dari gelarnya menunjukkan sudah munculnya pengaruh Islam.
  • 1362 : Nan Sarunai Usak Jawa, serangan yang terulang oleh Marajampahit (Majapahit) terhadap Kerajaan Nan Sarunai/Kerajaan Kuripan menyebabkan suku Bukit menyingkir ke pegunungan Meratus dan suku Maanyan menyingkir ke daerah yang ditempati suku Lawangan.
  • 1365 : Nagarakretagama digubah oleh mpu Prapañca menyebutkan negeri-negeri di Nusa Tanjungnagara yang berada di bawah perlindungan Majapahit di bawah Patih Gajah Mada yaitu negeri-negeri Kapuas, Katingan, Sampit, Kota Lingga, Kota Waringin, Sambas, Lawai, Kadandangan, Landa, Samadang, Tirem, Sedu, Barune, Kalka, Saludung, Solot, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalong, Tanjung Kutei dan Malano di pulau Tanjungpura.[4]   
Jaman Awal Kerajaan Islam
  • 1383 : Awang Alak Betatar bergelar Sang Aji menjadi Sultan Brunei I sampai tahun 1402.
  • 1385 : Dara Juanti, Raja Sintang ke-9 dilamar oleh Patih Logender yang berasal dari Majapahit.
  • 1387 : Kerajaan Negara Dipa didirikan oleh Ampu Jatmika yang berasal dari Keling. Menurut Veerbek (1889:10) Keling, provinsi Majapahit di barat daya Kediri.
  • 1394 : Kerajaan Tidung berpusat di Pimping bagian barat dan Tanah Kuning sampai tahun 1557
  • 1400 : Baddit Dipattung, Raja Berau I dengan pusat pemerintahannya di Sungai Lati, Gunung Tabur, Berau.
  • 1407 : Pemukiman Tionghoa Hui Muslim Hanafi pertama didirikan di Sambas.[5]
  • 1408 : Pateh Berbai menjadi Sultan Brunei II sampai tahun 1425.
  • 1420 : Aji Raja Mandarsyah menjadi Sultan Kutai IV sampai tahun 1475. Islam datang di Kutai pada masa pemerintahannya dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan.
  • 1425 : Syarif Ali, seorang menantu Sultan Brunei yang berasal dari Mekkah dinobatkan sebagai Sultan Brunei III sampai tahun 1432.
  • 1429 : Bhre Tanjungpura dijabat oleh Manggalawardhani Dyah Suragharini [= Putri Junjung Buih?] puteri dari Bhre Tumapel II (= abangnya Suhita) berkuasa sampai tahun 1464.
  • 1431 : Kota Sukadana menjadi pusat Kerajaan Tanjungpura sampai dengan tahun 1724 sejak pemerintahan Pangeran Karang Tunjung (1431-1450).
  • 1432 : Adipati Agong menjadi Sultan Brunei IV sampai tahun 1485.
  • 1441 : Seorang muslim wafat dengan batu nisan dari batu andesit yang ditemukan di Keramat Tujuh, Kabupaten Ketapang bertuliskan huruf Arab bertarikh tahun 1363 Saka atau 1441 M. Bentuk nisannya berasal dari abad terakhir Majapahit.
  • 1472 : Raden Ismahayana gelar Raja Dipati Karang Tanjung Tua menjadi Raja Landak sampai 1542.
  • 1475 : Berdirinya Kesultanan Demak wilayah pengaruhnya mencapai Kalimantan seperti Tanjungpura, Lawai dan Banjarmasin.Aji Pangeran Tumenggung Bayabaya dari Paser dinobatkan menjadi Raja Kutai Kartanegara V sampai tahun 1545.
  • 1478 : Raden Sekar Sungsang bergelar Maharaja Sari Kaburungan menjadi raja Kerajaan Negara Daha yang berpusat di Nagara. Islam datang pada masa pemerintahannya, karena seorang anaknya menikah dengan putri dari Sunan Giri.
  • 1485 : Bolkiah menjadi Sultan Brunei V sampai tahun 1524.
[sunting] Jaman Awal Kedatangan Bangsa Eropa
  • 1504 : Antara tahun 1504-1507, Ludovico la Varthema seorang penjelajah Italia mengunjungi Kalimantan.[6]
  • 1516 : Putri Petung menjadi penguasa Paser sampai tahun 1567. Penguasa Paser yang pertama ini berasal dari Kuripan (Negara Daha).
  • 1518 : Lorenzo de Gomez mengunjungi pulau Kalimantan[7]
  • 1519 : Adipati Tanjungpura dan Lawai tunduk kepada Pati Unus.
  • 1520 : Magalhaens mengunjungi Kalimantan.[8] Pangeran Samudera keturunan Kerajaan Negara Daha mendirikan Kesultanan Banjar.
  • 1524 : Abdul Kahar menjadi Sultan Brunei VI sampai tahun 1530.
  • 1526 : Pada 24 September Suriansyah, Sultan Banjar I memeluk Islam diperingati sebagai Hari Jadi Kota Banjarmasin. Kerajaan yang baru berdiri ini melepaskan diri dari Kerajaan Negara Daha atas dukungan Kesultanan Demak.[9]
  • 1530 : Hubungan persahabatn Portugis dan Brunei[10]
  • 1533 : Saiful Rizal menjadi Sultan Brunei VII sampai tahun 1581.
  • 1538 : Kerajaan Tanjungpura dipimpin oleh Panembahan Baruh (1538-1550)
  • 1545 : Aji Raja Mahkota Mulia Alam menjadi Raja Kutai Kartanegara VI sampai tahun 1610, raja pertama yang memeluk Islam.
  • 1546 : Raja Demak III Sultan Trenggana (Tung Ka lo) menyerang kawasan timur pulau Jawa.[11] Pengaruh kekuasaannya sampai ke Kalimantan. Ia menerima upeti dari Sutan Banjarmasin.
  • 1550 : Rahmatullah menjadi Sultan Banjar II sampai tahun 1570. Banjarmasin tidak lagi mengirim upeti kepada pemerintahan di Jawa.
  • 1557 : Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet memerintah Kerajaan Tidung sampai tahun 1571 berlokasi di kawasan Pamusian wilayah Tarakan Timur.
  • 1567 : Aji Mas Patih Indra menjadi penguasa Paser sampai tahun 1607.
  • 1570 : Hidayatullah I menjadi Sultan Banjar III sampai tahun 1595. Dalam pemerintahannya Mataram menyerang Banjarmasin dan menawan Putra Mahkota Ratu Bagus di Tuban.
  • 1571 : Amiril Pengiran Dipati I menjabat Raja Tidung sampai tahun 1613.
  • 1581 : Shah Brunei menjadi Sultan Brunei VIII sampai tahun 1582.
  • 1582 : Muhammad Hasan menjadi Sultan Brunei IX sampai tahun 1598.
  • 1590 : Penguasa Kerajaan Tanjungpura memeluk Islam dengan memakai gelar Panembahan dan Giri, yaitu Panembahan Giri Kusuma dan mengubah nama kerajaan Hindu Tanjungpura menjadi Kesultanan Sukadana-Matan.
  • 1595 : Mustainbillah menjadi Sultan Banjar IV sampai tahun 1641. Ia menerima upeti dari Sambas, Batang Lawai, Sukadana dan Paser.
  • 1596 : Pedagang Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
  • 1598 : Abdul Jalilul Akbar menjadi Sultan Brunei X sampai tahun 1659. Oliver van Noord, pedagang Belanda datang ke Brunei.[12]
  • 1599 : Sultan Brunei mengadakan perhubungan dengan Spanyol di Manila.
  • 1600 : Anam Jaya Kesuma menjadi penguasa Landak.
  • 1600 : Abang Pencin alias Pangeran Agung yang memerintah tahun 1600 – 1643 adalah penguasa Sintang yang pertama memeluk Islam. Pangeran ini mengirim utusan ke Banjarmasin melewati sungai Katingan untuk menyalin Kitab Suci Al-Qur'an.
  • 1604 : Pada 13 Maret Panembahan Sukadana Giri Kusuma mengikat perjanjian dengan Belanda (VOC)[13], yang menimbulkan kemarahan Sultan Mataram.
  • 1606 : Pada 14 Februari, ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba pertama kali di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk nahkoda ini terbunuh dalam suatu kericuhan.[14]
  • 1607 : Aji Mas Anom Indra menjadi penguasa Paser sampai tahun 1644.
  • 1607 : 7 Juni 1607 Ekspedisi VOC dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, semua ABK dibunuh sebagai pembalasan atas perampasan kapal jung Banjar di Banten tahun 1596.[15]
  • 1609 : Pada 1 Oktober, VOC melakukan pakta kerja sama dengan Pangeran Adipati Sambas.[16]
  • 1610 : Aji Dilanggar menjadi Sultan Kutai VII sampai tahun 1635.
  • 1610 : Raja Kudung menjadi penguasa Landak yang berpusat di Pekana, Karangan.
  • 1612 : Bulan Mei 1612, Kompeni Belanda menembak hancur Banjar Lama ibukota Kesultanan Banjar, sehingga ibukotanya dipindahkan ke Martapura. Kongsi Perdagangan Inggris yang diketuai oleh Sir Hendry Middleton datang ke Brunei.
  • 1613 : Amiril Pengiran Singa Laoet menjabat Raja Tidung sampai tahun 1650.
  • 1615 : Pangeran Dipati Anta-Kasuma mendirikan Kadipaten Kotawaringin, pecahan wilayah Kesultanan Banjar paling barat yang berbatasan dengan Kerajaan Tanjungpura.
  • 1622 : Kesultanan Mataram mengirim Tumenggung Bahurekso, Bupati Kendal menyerang Sukadana yang berada di bawah kekuasaan Putri Bunku/Ratu Mas Jaintan (ibu Giri Mustika), serangan ini mengkhawatirkan Kesultanan Banjar akan serangan Mataram. Giri Mustika (Raden Saradewa) menantu Pangeran Dipati Anta-Kasuma (raja Kotawaringin) dinobatkan menjadi Sultan Sukadana-Matan yang pertama dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin (1622-1659).
  • 1625 : Muhammad Ali menjadi Sultan Brunei XII sampai 1660.
  • 1626 : Produksi lada Banjar sangat meningkat, sehingga VOC berusaha untuk memperoleh monopoli lada, dan berusaha menghilangkan kejadian tahun 1612 yaitu penyerbuan Belanda terhadap kesultanan Banjar. Belanda juga meminta maaf atas perbuatannya merampok kapal kesultanan Banjar dalam pelayaran perdagangan ke Brunei 4 Juli 1626. Perdagangan kesultanan Banjar masih diarahkan ke Cochin Cina (Veitnam) belum ke Batavia.
  • 1634: VOC mengirim 6 kapal dagang ke Banjarmasin dipimpin Gijsbert van Londensteijn, kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Barentsz.[17]
  • 1635 : 17 Juni 1635 Kapal Pearl Inggris tiba di Banjarmasin, Tewseling dan Gregory.
  • 1635 : 4 September 1635 Sultan Banjar diwakili oleh Syahbandar Ratna Diraja Goja Babouw mengadakan kontrak dagang pertama di Betawi dengan Kompeni Belanda yang wakili oleh : Hendrik Brouwer, Antonio van Diemen, Jan van der Burgh, Steven Barentszoon. VOC juga membantu Banjar untuk menaklukan bagian timur Kalimantan (Pasir).[16]
  • 1635 : Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa ing Martapura menjadi Raja Kutai Kartanegara VIII sampai tahun 1650. Raja ini menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura.
  • 1636 : Kesultanan Banjar mengklaim daerah sepanjang Sambas sampai Berau serta Karasikan sebagai wilayahnya karena saat itu Banjarmasin sudah memiliki kemampuan militer untuk menghadapi serangan dari Mataram.
  • 1636: Pertama kali Belanda mulai berdiam di Banjarmasin ketika VOC mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollenbrant Gelijnsen.[17]
  • 1637 : Banjarmasin mengadakan hubungan perdamaian dengan Mataram.[18]
  • 1638 : Sultan Banjarmasin mengirim utusan ke Makassar dan Sultan Makassar meminjam kawasan timur Kalimantan sebagai tempat berdagang. Sultan Muhammad Zainudin dari Kesultanan Matan memindahkan ibukota kerajaan dari sungai Matan ke negeri Indra Laya yang disebut Kerajaan Indra Laya.
  • 1638 : Contract Craemer menolak permintaan Sultan Banjar untuk mengirimkan lada ke Makassar, pecahlah perang anti VOC sebanyak 108 orang Belanda, 21 orang Jepang dibunuh, dan loji VOC dibakar serta penghancuran terhadap kapal-kapal VOC di Banjarmasin.
  • 1640 : Gubernur Jenderal VOC Antonio van Diemen memerintahkan agar permusuhan dengan Kesultanan Banjar dihentikan dan hanya menuntut 50.000 real sebagai ganti rugi kejadian tahun 1638.
  • 1641 : Sekitar pertengahan bulan Oktober 1641 Pangeran Tapesana seorang utusan Sultan Banjarmasin tiba di Jepara dengan pengiring 500 orang membawa persembahan kepada Sultan Agung raja Mataram.[18][17][19]
  • 1641 : Inayatullah menjadi Sultan Banjar V sampai tahun 1646
  • 1643 : Belanda mendirikan benteng dan pabrik di pulau Tatas (sekarang Banjarmasin Tengah).[20]
  • 1644 : Aji Anom Singa Maulana menjadi penguasa Paser sampai tahun 1667.
  • 1646 : Saidullah menjadi Sultan Banjar VI sampai tahun 1660.
  • 1648 : Belanda mendapatkan monopoli lada yang dipasakan kepada Sultan Banjarmasin.[21]
  • 1650 : Aji Pangeran Dipati Agung ing Martapura menjadi Raja Kutai Kartanegara IX sampai tahun 1665. Amiril Pengiran Maharajalila I menjabat Raja Tidung sampai tahun 1695.
  • 1659 : Sultan Muhammad Zainuddin I (Marhum Negeri Laya) memerintah Kesultanan Sukadana-Matan (1659-1724). Abdul Jalilul Jabbar menjadi Sultan Brunei XI sampai tahun 1660.
  • 1660 : Rakyatullah menjadi Sultan Banjar VII sampai 1663, ia membuat perjanjian dengan VOC 18 Desember 1660. Abdul Mubin menjadi Sultan Brunei XIII sampai tahun 1673.
  • 1661 : Abdul Hakkul Mubin menjadi Sultan Brunei XIII sampai tahun 1673. Utusan kesultanan Sukadana-Matan datang di Kesultanan Banjar untuk melaporkan bahwa Sukadana kembali menjadi daerah pegaruh dari Kesultanan Banjar semenjak sebelumnya pada tahun 1638.
  • 1662 : Menurut Barra pada tahun 1662 hanya ada 12 jung orang Melayu, Inggris, Portugis mengangkut lada dan emas ke Makassar, sementara di Pelabuhan Banjarmasin dipenuhi lebih dari 1000 perahu layar, baik perdagangan interinsuler maupun perdagangan inter-kontinental.
  • 1663 : Sultan Amrullah menjadi Sultan Banjar VIII, tetapi ia kemudian dikudeta oleh Sultan Agung menjadi Sultan Banjar IX sampai tahun 1679, dengan bantuan suku Biaju dan memindahkan ibukota ke Sungai Pangeran, Banjarmasin.
  • 1665 : Aji Pangeran Dipati Maja Kusuma ing Martapura menjadi Raja Kutai Kartanegara X sampai tahun 1686.
  • 1766 : Sultan Sulu menyerahkan pulau Balambangan kepada Inggris.[22]
  • 1667 : Panembahan Sulaiman I menjadi Panembahan Paser sampai tahun 1680.
  • 21 Januari 1668 : La Mohang Daeng Mangkona mendirikan Kota Samarinda yang penduduknya dikenal sebagai orang Bugis Samarinda Seberang.
  • 1670 : Sultan Muhammad Tajuddin dari Sambas memerintah sampai tahun 1708.
  • 1672 : Sultan Nata Muhammad Syamsudin Sa’idul Khairiwaddien, sebagai penguasa Sintang yang pertama memakai memakai gelar yang lebih tinggi Sultan, memerintah sampai tahun 1737.
  • 1673 : Muhyiddin menjadi Sultan Brunei XIV sampai tahun 1690.
  • 1675 : Muhammad Syafeiuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 16701675 - 1685.
  • 1680 : Amirullah Bagus Kusuma naik tahta kembali menjadi Sultan Banjar X sampai tahun 1700. Panembahan Adam I menjadi Panembahan Paser sampai tahun 1705. Raja Senggauk menjadi Panembahan Mempawah.
  • 1686 : Ratu Agung, wanita pertama memimpin Kerajaan Kutai Kartanegara hingga tahun 1700.
  • 18 Januari 1689 : Penyebar agama Katolik, Fr. Antonino Ventimiglia tiba di Banjarmasin dari Goa, India.[23]
  • 25 Juni 1689 : Kapal Portugis di bawah pimpinan Kapten Luigi Francesco Cottigno memasuki daerah Pulau Petak di kabupaten Kapuas dan menjalin hubungan dengan suku Dayak Ngaju[24].
  • 1690 : Nassaruddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1705.
  • 1695 : Amiril Pengiran Maharajalila II menjabat penguasa Tidung sampai tahun 1731.
  • 1699 : Pada bulan April, dua orang bangsa Inggris Henry Watson dan Captain Cotesworth diinstruksikan mendirikan factory/gudang di Banjarmasin.[25]
  • 1700 : Hamidullah menjadi Sultan Banjar XI sampai tahun 1734. Aji Pangeran Dipati Tua menjadi Sultan Kutai Kartanegara XII yang sampai tahun 1710. Tahun 1700 terjadi perang antara Landak dan Matan,karena perebutan pewarisan intan kobi. Landak dibantu oleh Banten dan VOC, karena itu kemudian Banten menyatakan Landak dan Matan di bawah kuasa Kesultanan Banten.
  • 1701 : Sesudah kekalahan orang-orang Banjar dalam Perang Inggris-Banjar I pada Oktober 1701, orang-orang Cina kehilangan tempat dan hak mereka dalam pasar lada. Karena sebagian besar tindakan raja Banjar diatur oleh Inggris sebagai pemenang perang, maka diperintahkanlah semua rakyatnya untuk menjual ladanya kepada orang-orang di bawah pengawasan Inggris, yang mendirikan tempat penjagaan yang terletak di muara sungai Barito.
  • 1703 : Sultan Aji Muhammad Alamsyah menjadi Sultan Paser I sampai tahun 1726, untuk pertama kalinya penguasa Pasir mengambil gelar yang lebih tinggi Sultan.
  • 1705 : Hussin Kamaluddin menjadi Sultan Brunei (periode I) sampai tahun 1730.
  • 1706 : Inggris diijinkan mendirikan pabrik di Banjar.[26]
  • 1707 : Pada 27 Juni 1707, permukiman pedagang Inggris di Banjarmasin tiba-tiba diserang oleh penduduk asli, kebanyakan orang Inggris tewas, dan yang selamat melarikan diri ke kapal. Harta milik Perusahaan EIC yang hilang di tempat ini, diperkirakan mencapai 50.000 dolar.[27] Orang-orang Inggris diusir dari Banjar dalam Perang Inggris-Banjar II tahun 1707, sehingga orang-orang Cina dapat bebas kembali untuk mengadakan transaksi dengan para pedagang lada Banjar dan Biaju. Jumlah orang-orang Cina yang berkumpul di daerah Kesultanan Banjar makin hari makin besar terdiri atas pedagang-pedagang jung dan pedagang-pedagang menetap.
  • 1708 : Umar Akamuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1732.
  • 1709 : Kota Belanda yaitu Fort Tatas dibangun tahun 1709.[28]
  • 1710 : Aji Pangeran Anum Panji Mendapa ing Martapura menjadi Raja Kutai Kartanegara XIII sampai tahun 1735.
  • 1724 : Pemerintahan Kerajaan Matan/Sukadana oleh Sultan Ma’aziddin (1724-1762).
  • 1726 : Sebagai menantu dari Raja Paser, La Madukelleng (Pahlawan Nasional) menjabat Raja Paser sampai tahun 1736.
  • 1730 : Muhammad Alauddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1745.
  • 1731 : Wira Amir menjadi penguasa Bulungan I sampai tahun 1777. Amiril Pengiran Dipati II menjabat penguasa Tidung sampai tahun 1765.
  • 1732 : Abubakar Kamaluddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1762. Ibukota Kesultanan Kutai dipindah dari Kutai Lama ke Pemarangan.
  • 1733 : Panglima perang dari La Madukelleng (Arung Singkang) menyerang Banjarmasin tetapi mengalami kegagalan.
  • 1734 : Tamjidillah I menjadi Sultan Banjar XII sampai tahun 1759.
  • 1735 : Sultan Aji Muhammad Idris menjadi Raja Kutai Kartanegara XIV sampai tahun 1778. Ia Raja Kutai pertama yang memakai gelar Sultan.
  • 1736 : Sultan Sepuh I Alamsyah menjadi Sultan Paser II sampai tahun 1766.
  • 1740 : Panembahan Mempawah, Opu Daeng Manambung mendatangkan pekerja tambang dari daratan Cina.
  • 1745 : Hussin Kamaluddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1762 untuk kedua kalinya.
  • 1746 : Kapal Dragon dan Onflow memuat lada di Banjarmasin.[29][30]
  • 1747 : Kompeni Belanda mendirikan benteng di Pulau Tatas (Banjarmasin Tengah) merupakan permukiman Eropa pertama di Kalimantan hingga tahun 1810 kemudian ditinggalkan oleh Marshall Daendels sesuai perjanjian dengan Sultan Banjar.[15]
  • 1750 : Puana Dekke meminjam tanah kepada Tamjidullah I untuk mendirikan pemukiman di tenggara Kalsel yang kelak dikenal sebagai orang Bugis Pagatan. 
Jaman VOC
Orang-orang Italia merupakan orang Eropa pertama yang mengunjungi Kalimantan pada abad ke-14, kemudian disusul orang Spanyol, Inggris, dan Belanda. Kerajaan Sambas merupakan daerah pertama yang berada di bawah pengaruh Belanda semenjak kontrak dengan VOC yang dibuat oleh Ratu Sapudak (Raja Sambas) pada tanggal 1 Oktober 1609. Pada tanggal 4 September 1635, Kesultanan Banjar membuat kontrak perdagangan yang pertama dengan VOC dan VOC akan membantu Banjar menaklukan Paser. Sejak 1636, Banjarmasin berusaha menjadi pusat mandala bagi kerajaan-kerajaan lainnya yang ada di Kalbar, Kalteng, dan Kaltim. Hikayat Banjar mencatat adanya pengiriman upeti kepada Sultan Banjarmasin dari Sambas, Sukadana, Paser, Kutai, Berau, Karasikan (Buranun/Sulu), Sewa Agung (Sawakung), Bunyut dan negeri-negeri di Batang Lawai. Sukadana (dahulu bernama Tanjungpura) merupakan induk bagi kerajaan Tayan, Meliau, Sanggau dan Mempawah. Pada tahun 1638 di Banjarmasin terjadi tragedi pembantaian terhadap orang-orang Belanda dan Jepang sehingga Belanda mengirim ekspedisi penghukuman dan membuat ancaman terhadap Kesultanan Banjarmasin, Kerajaan Kotawaringin dan Kerajaan Sukadana. Tahun 1700 Sukadana (Matan) mengalami kekalahan dalam perang dengan Landak (vazal Banten). Landak dibantu Banten dan VOC, sehingga Banten mengklaim Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) sebagai wilayahnya. Tahun 1756 VOC berusaha mendapatkan Lawai, Sintang dan Sanggau dari Banjarmasin. Daerah awal di Kalimantan yang diklaim milik VOC adalah wilayah sepanjang pantai dari Sukadana sampai Mempawah yang diberikan oleh Kesultanan Banten pada 26 Maret 1778. VOC sempat mendirikan pabrik di Sukadana dan Mempawah tetapi 14 tahun kemudian ditinggalkan karena tidak produktif (Sir Stamford Rafless, The History of Java). Pendirian Kesultanan Pontianak yang didukung VOC di muara sungai Landak semula diprotes Landak karena merupakan wilayahnya tetapi akhirnya mengendur karena tekanan VOC. Pada 13 Agustus 1787, Kesultanan Banjar menjadi daerah protektorat VOC dan vazal-vazal Banjarmasin diserahkan kepada VOC meliputi Kaltim, Kalteng, sebagian Kalsel, dan pedalaman Kalbar, yang ditegaskan lagi dalam perjanjian 1826. Hindia Belanda kemudian membentuk Karesidenan Sambas dan Karesidenan Pontianak dengan diangkatnya raja-raja sebagai regent dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Belakangan Karesidenan Sambas dilebur ke dalam Karesidenan Pontianak beserta daerah pedalaman Kalbar menjadi Karesidenan Borneo Barat. Tahun 1860 Hindia Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar, kemudian terakhir wilayahnya menjadi bagian dari Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo.
  • 1756 : Pada 20 Oktober 1756 Sultan Banjar Tamjidullah I membuat perjanjian dengan VOC berisi larangan berdagang lada dengan orang Cina, Inggris dan Prancis selanjutnya VOC akan membantu menaklukkan kembali daerah yang memisahkan diri seperti : Berau, Kutai, Paser, Sanggau, Sintang dan Lawai. Benteng Tatas dibangun di Pulau Tatas, Banjarmasin.
  • 1759 : Muhammad Aliuddin Aminullah menjadi Sultan Banjar XIII sampai tahun 1761.
  • 1761 : Susuhunan Nata Alam adalah Sultan Banjar XIV sampai tahun 1801, sebelumnya sebagai wali Putra Mahkota yang masih kecil.
  • 1762 : Umar Akamuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1793. Di Brunei, Omar Ali Saifuddin I menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1795.
  • 1765 : Amiril Pengiran Maharajadinda menjabat Raja Tidung sampai tahun 1782.
  • 1766 : Sultan Ibrahim Alam Syah menjadi Sultan Pasir III sampai tahun 1786.
  • 23 Oktober 1771 : Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie yang pada tahun 1778 direstui VOC-Belanda sebagai Sultan Pontianak I berkuasa sampai tahun 1808. Pendirian kerajaan baru di muara sungai Landak ini semula diprotes oleh Kerajaan Landak.
  • 1772 : Sayyid Idrus Alaydrus, menantu Sultan Mahmud Badaruddin I dari Kesultanan Palembang diangkat VOC-Belanda menjadi Yang DiPertuan Kerajaan Kubu yang pertama, memerintah sampai tahun 1795.
  • 1773 : Inggris menempati Balambangan.[31]
  • 1775 : La Pangewa, dilantik sebagai kapitan orang Bugis Pagatan bergelar Kapitan Laut Pulo oleh Sultan Tahmidullah II, setelah menggempur Pangeran Amir (Raja Kusan I) yang menyingkir hingga ke Kuala Biaju.
  • 1777 : Republik Lanfang sebuah negara Hakka di Kalimantan Barat didirikan oleh Low Fang Pak sampai akhirnya dihancurkan oleh VOC-Belanda di tahun 1884.
  • 1778 : Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 Landak dan Sukadana diserahkan kepada Kompeni Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC.
  • 1778 : Aji Muhammad Aliyeddin menjadi Sultan Kutai Kartanegara XIV sampai tahun 1780.
  • 1780 : Aji Muhammad Muslihuddin menjadi Sultan Kutai Kartanegara XV sampai tahun 1816.
  • 1780 : Populasi Kesultanan Banjarmasin mendekati 9.000 jiwa.[32]
  • 1782 : Amiril Pengiran Maharajalila III menjadi Raja Tidung sampai tahun 1817.
  • 28 September 1782 : Pemindahkan ibukota Kesultanan Kutai Kartanegara dari Pemarangan ke Tepian Pandan.
  • 1785 : Pangeran Amir dibantu Arung Tarawe menyerang Tabaneo dengan pasukan 3000 orang Bugis-Paser berkekuatan 60 buah perahu untuk menuntut tahta Kesultanan Banjar dari Tahmidullah II.[33]
  • 1786 : Ratu Agung menjadi Sultan Pasir II sampai tahun 1788.
  • 14 Mei 1787 : Pangeran Amir ditangkap Kompeni Belanda, kemudian diasingkan ke Srilangka.
  • 13 Agustus 1787 : Sultan Tahmidullah II menyerahkan kedaulatan Kesultanan Banjar kepada VOC menjadi daerah protektorat dengan Akte Penyerahan di depan Residen Walbeck, setelah VOC-Belanda berhasil menyingkirkan Pangeran Amir, rivalnya dalam perebutan tahta. Sebagian besar Kalimantan diserahkan menjadi properti perusahaan VOC.
  • 1788 : Sultan Dipati Anom Alamsyah menjadi Sultan Pasir III sampai tahun 1799. Sultan ini menikahi Ratu Intan I yaitu Ratu dari Tjangtoeng dan Batoe Litjin.
  • 1789 : Sultan Pontianak dengan dukungan Belanda melakukan serangan terhadap Panembahan Mempawah dengan tujuan merebut wilayah Panembahan Mempawah. Kongsi Lan Fong kemudian juga mengirimkan pasukannya membantu pasukan Sultan Pontianak. Panembahan Mempawah kalah kemudian Raja Panembahan Mempawah mengundurkan dirinya ke daerah Karangan dan kemudian menetap di sana.
  • 1790 : Abubakar Tajuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1814.
  • 1795 : Muhammad Tajuddin menjadi Sultan Brunei IX sampai tahun 1807. Memerintahkan Khatib Haji Abdul Latif menuliskan Silsilah Raja-Raja Brunei serta memerintahkan supaya membuat rumah wakaf untuk jamaah haji Brunei di Mekkah.
  • 1795 : Kerajaan Panembahan Simpang Matan didirikan di atas sisa-sisa Kerajaan Sukadana[34]
  • 1797 : Kedaulatan atas daerah Paser dan Pulau Laut diserahkan VOC kembali kepada Sultan Banjar, Tahmidullah II.
  • 1799 : Sultan Sulaiman II Alamsyah menjadi Sultan Pasir IV sampai tahun 1811.
     Jaman Penjajahan Inggris

Pembagian daerah Kalimantan tahun 1930
  • 1801 : Sulaiman Saidullah II menjadi Sultan Banjar XV sampai tahun 1825.
  • 1806 : Muhammad Jamalul Alam I menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1807.
  • 1806 : 11 Agustus 1806 Keraton Banjar berganti nama dari Bumi Kencana menjadi Bumi Selamat.
  • 1807 : Muhammad Kanzul Alam menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1829.
  • 1808 : Syarif Kasim Alkadrie menjadi Sultan Pontianak II sampai tahun 1819.
  • 1810 : Sultan Alimuddin menjadi sultan pertama Kesultanan Sambaliung, pecahan Kesultanan Berau yang dibagi dua.
  • 1811 : Sultan Ibrahim Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1815.
  • 1812 : Alexander Hare menjadi Resident-commissioner bagi pemerintahan Inggris di Banjarmasin.[35]
  • 1814 : Ratu Imanuddin memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Kotawaringin dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan Bun.
  • 1814 : Muhammad Ali Syafeiuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1828.
  • 1815 : Sultan Mahmud Han Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1843.
  • 1816 : Aji Muhammad Salehuddin menjadi Sultan Kutai XVI sampai tahun 1845.
     Jaman Hindia Belanda
  • 1817 : Tanggal 1 Januari, Inggris menyerahkan kembali Banjarmasin dan Kalimantan kepada Belanda, maka pada hari itu dibuat Kontrak Persetujuan Karang Intan I antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Aernout van Boekholzt.
  • 1817 : Amiril Tadjoeddin menjabat Raja Tidung sampai tahun 1844. Di Kotawaringin, Pangeran Ratu Imanuddin memerintah hingga 1855[36]
  • 1819 : Syarif Osman Alkadrie menjadi Sultan Pontianak III sampai tahun 1855. Ia ditunjuk Pemerintah Hindia Belanda untuk memimpin Afdeeling Pontianak.
  • 1820 : Zainul Abidin II bin Badruddin (1820 - 1834) menjadi Sultan Gunung Tabur I, pecahan dari Kesultanan Berau. Pangeran Musa menantu Sultan Sulaiman dari Banjar menjadi Raja Kusan II sampai tahun 1830.
  • 1823: Mr. Muller pegawai pemerintah Hindia Belanda mensurvey barat laut Kalimantan.[37])
  • 1823 : 13 September 1823 : Kontrak Persetujuan Karang Intan II antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Mr. Tobias.
  • 1825 : Adam Alwasikh Billah menjadi Sultan Banjar XVI sampai tahun 1857. Di Brunei, Muhammad Alam menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1828.
  • 1825 : Bulan Juli 1825, Pangeran Aji Jawi, Raja Tanah Bumbu menjalin kontrak dengan Hindia Belanda.
  • 1826 : Setelah serangan penaklukan keraton Banjar di Banjarmasin pada tahun 1826, Hindia Belanda telah membuat aturan daerah mana saja yang masih dikuasai Kesultanan Banjar dan menentukan pembagian wilayah-wilayah.
  • 1827 : Populasi pulau Kalimantan diperkirakan Dayak 200.000 jiwa, Cina 125.000 jiwa, Melayu 60.000 jiwa , Bugis 5.000 jiwa , Arab & lainnya 600 jiwa (Banjar?) [38]
  • 1828 : Usman Kamaluddin menjadi wali Sultan Sambas sampai tahun 1832.
  • 1829 : Omar Ali Saifuddin II menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1852.
  • 1830 : Pangeran M. Nafis bin Pangeran Musa menjadi Raja Kusan III sampai tahun 1840.
  • 1832 : Umar Akamuddin III menjadi wali Sultan Sambas sampai tahun wafat 22 Desember 1846.
  • 1834 : Mr. Earl memperkirakan populasi Kalimantan terdiri atas 150.000 Tionghoa, 50.000 Melayu, 10.000 Bugis, 400 Arab, 150 tentara Jawa & Ambon, 80 Belanda dan 250.000 Dayak.[39]
  • 1835: Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.[40]
  • 1837 : Berdirinya swapraja Kerajaan Matan berdiri dengan rajanya Panembahan Anom Kusuma Negara.
  • 1840 : Pangeran Jaya Sumitra bin Pangeran M. Nafis menjadi Raja Kusan IV sampai tahun 1850.
  • 24 September 1841 : James Brooke diangkat menjadi gubernur Sarawak
  • 1841 : Pangeran Aji Jawi, Raja Tanah Bumbu mangkat. Pangeran Mangku Bumi menjadi Raja Sampanahan, Pangeran Muda Muhammad Arifbillah menjadi Raja Cengal, Manunggul, Bangkalaan, sedangkan Raja Aji Mandura sebagai Raja Cantung.
  • 18 Agustus 1841 : James Brooke diberi gelar Rajah oleh Sultan Brunei. James Brooke menguasai wilayah Sarawak yang paling barat hingga kematiannya pada 1868.[41]
  • 1843 : Sultan Adam II Aji Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1853.
  • 1844 : Amiril Pengiran Djamaloel Kiram menjabat Raja Tidung sampai tahun 1867.
  • 11 Oktober 1844 : Sultan Kutai mengakui pemerintahan Hindia Belanda dan mematuhi pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan yang diwakili oleh seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin.
  • 1845 : Swapraja Kerajaan Matan dipimpin oleh Panembahan Muhamamad Cabran dari tahun 1845-1908.
  • 18 Maret 1845 : Kontrak dengan Hindia Belanda mengenai wilayah Kesultanan Banjar. Wilayah baru ini lebih kecil dibanding dengan sebelumnya, yaitu hanya daerah inti dari Kesultanan Banjar dan tidak mempunyai akses ke laut. Dan Belanda mengangkat gubernur bernama Weddik. [17]
  • 1846 : Raja Aji Mandura, menggabungkan negeri Buntar-Laut dengan Kerajaan Cantung, sehingga ia menjadi Raja Cantung dan Buntar-Laut.
  • 1846 : Abu Bakar Tadjuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1854. Masa pemerintahan Ratu Intan II, ratu dari Bangkalaan, Manoenggoel dan Tjingal.
  • 1846 : Daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.
  • 1848 : Labuan resmi menjadi koloni Inggris.
  • 28 September 1849 : Gubernur Jenderal J.J. Rochussen datang ke Pengaron di Kesultanan Banjar untuk meresmikan pembukaan tambang batu bara Hindia Belanda pertama yang dinamakan Tambang Batu Bara Oranje Nassau Bentang Emas.
  • 1850 : Pangeran Akhmad Hermansyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1865. Aji Muhammad Sulaiman menjadi Sultan Kutai XVIII sampai tahun 1899. Pangeran Jaya Sumitra menjadi Raja Pulau Laut I sampai tahun 1861.
  • 1852 : Abdul Momin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1885.
  • 8 Agustus 1852 : Tanpa persetujuan Sultan Adam, Pangeran Tamjidillah II diangkat menjadi Sultan Muda oleh Pemerintah Hindia Belanda merangkap Mangkubumi di Kesultanan Banjar. Hindia Belanda dan Tamjidilah II sudah membangun konsesus dalam mendapatkan tanah apanase di Pengaron sebagai wilayah pertambangan batu bara.
  • 1853 : Pemerintah Hindia Belanda menempatkan J. Zwager sebagai Asisten Residen di Samarinda. Sultan Sepuh II Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1875.
  • 1854 : Umar Kamaluddin menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1866.
  • 1855 : Syarif Hamid Alkadrie menjadi Sultan Pontianak IV sampai tahun 1872.
  • 1855 : Sultan Adam melantik Pangeran Prabu Anom sebagai Raja Muda[42] Pemekaran dan pembentukan beberapa afdeeling baru[43]
  • 9 Oktober 1856 : Hindia Belanda mengangkat Hidayatullah II sebagai Mangkubumi Banjar untuk meredam pergolakan di Kesultanan Banjar atas tersingkirnya Pangeran Hidayatullah yang didukung oleh kaum ulama dan bangsawan keraton serta telah mendapat wasiat dari Sultan Adam sebagai Sultan Banjar.
  • 30 April 1856 : Pangeran Hidayatullah II menandatangani persetujuan pemberian konsesi tambang batu bara kepada Hindia Belanda karena pengangkatannya sebagai Mangkubumi Banjar.
  • 1857 : Tamjidillah Alwasikh Billah diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar XVII sampai tahun 1860 kemudian dimakzulkan dan dikirim Belanda ke Bogor.
  • 11 November 1858 : Pertama kali meletusnya Perang Banjar, dipimpin Pangeran Antasari.
  • 1 Mei 1859 : Pemerintah Hindia Belanda membuka pelabuhan di Sampit.[44]
  • 18 April 1859 : Penyerangan terhadap tambang Oranje Nassau dipimpin langsung oleh Pangeran Antasari dibantu oleh Pembekal Ali Akbar dan Mantri Temeng Yuda atas persetujuan Pangeran Hidayatulah II.
  • 25 Juni 1859 : Hindia Belanda memakzulkan Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar sebagai hasil kesepakatan Mangkubumi Pangeran Hidayatullah II dan Kolonel Andresen untuk memulihkan keadaan. Dengan siasat menempatkan Pangeran Hidayatullah sebagai Sultan Banjar dan menurunkan Tamjidillah II karena Belanda menilai penyerangan tambang mereka berkaitan dengan kekuasaan di Kesultanan Banjar.
  • 27 September 1859 : Belanda berhasil menduduki benteng pasukan Pangeran Antasari di Gunung Lawak.
  • 5 Februari 1860 : Belanda mengumumkan bahwa jabatan Mangkubumi Pangeran Hidayat dihapuskan.[45]
  • 11 Juni 1860 : Residen Belanda, I. N. Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan kerajaan di seluruh Kalimantan, termasuk pemerintahan Kesultanan Banjar.
  • 1860 : Pangeran Syarif Ali Alaydrus putera dari Syarif Idrus Alaydrus raja Kerajaan Kubu diangkat Belanda menjadi Raja Sabamban I
  • 1861 : Pangeran Abdul Kadir menjadi Raja Pulau Laut II sampai tahun 1873.
  • 14 Maret 1862 : Pangeran Antasari ditabalkan sebagai Panembahan (Sultan Banjar XVIII) oleh para kepala suku Dayak yang dipimpin oleh Kiai Yang Pati Jaya Raja, adipati (gubernur) wilayah Tanah Dusun, Kapuas dan Kahayan.
  • 11 Oktober 1862 : Pangeran Antasari (Pahlawan Nasional) mangkat karena penyakit cacar.
  • 1862 : Gusti Muhammad Seman menjadi Sultan Banjar XIX dalam pemerintahan Pagustian sampai gugur di tembak Belanda pada tahun 1905.
  • 1863 : Suku Iban bermigrasi ke daerah hulu sungai Saribas dan sungai Rajang, dan menyerang suku Kayan di daerah hulu sungai-sungai dan terus maju ke utara dan ke timur. Perang dan serangan pengayauan menyebabkan suku-suku lain terusir dari lahannya.
  • 27 Februari 1864 : eksekusi Demang Lehman di tiang gantungan di tanah lapang Martapura.
  • 1865 : Pangeran Ratu Anom Kusuma Yudha menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1904.
  • 16 Agustus 1866 : Muhammad Syafeiuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1924.
  • 1867 : Datoe Maoelana/Ratoe Intan Doera menjabat Raja Tidung sampai tahun 1896.
  • 1867 : Pemberontakan Tagab Koendi di Sampit.
  • 1870 : Pemberontakan Panglima Wangkang.
  • 1872 : Syarif Yusuf Alkadrie menjadi Sultan Pontianak V sampai tahun 1895.
  • 1873 : Pangeran Berangta Kasuma menjadi Raja Pulau Laut III sampai tahun 1881.
  • 1875 : Pangeran Aji Inggu putera Sultan Sepuh II Alamsyah menjadi Raja Pasir sampai tahun 1876.
  • 1876 : Perang Sukadana dengan Pontianak, pelabuhan Sukadana akhirnya ditutup. Sultan Abdur Rahman Alamsyah (1876 - 1896) dinobatkan oleh rakyat menjadi Sultan Pasir di Benua dan Sultan Muhammad Ali (1876 – 1898) dinobatkan oleh Belanda menjadi Sultan Pasir di Muara Pasir.
  • 1877 : Abdul Momin membuat perjanjian dengan Gustavus Baron de Over-back dan Alfred Dent mengenai penggadaian terhadap wilayah-wilayah Brunei di Sabah.
  • 1881 : Sabah diambil alih oleh British North Borneo Company kemudian menjadi protektorat Britania Raya dengan masalah internal tetap diadministrasi oleh perusahaan tersebut tahun 1888. Pangeran Amir Husin Kasuma menjadi Raja Pulau Laut IV sampai tahun 1900.
  • 1885 :Hashim Jalilul Alam Aqamaddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1906.
  • 1866 : Tumenggung Gamar gugur dalam suatu pertempuran.[46]
  • 1888 : Permulaannya Brunei menjadi protektorat Inggris.[47]
  • 1894 : Pertemuan suku-suku Dayak di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah untuk mengakhiri tradisi ngayau.
  • 1891 : Perjanjian Inggris-Belanda untuk saling menghormati kedaultan wilayah maisng-masing.[48]
  • 1895 : Pencatatan penduduk Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo terdiri : 598 orang Eropa, 4.525 orang China, 1.534 orang Arab, 116 orang Timur Asing serta 803.013 orang Bumiputera. Syarif Muhammad Alkadrie menjadi Sultan Pontianak VI sampai tahun 1944.
  • 1896 : Datoe Adil menjabat Raja Tidung sampai tahun 1916.
  • 1898 : Kevakuman pemerintahan Kesultanan Pasir sampai tahun 1899 karena diambil alih Belanda.
  • 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo. Aji Muhammad Alimuddin menjadi Sultan Kutai XIX sampai 1910. Sultan Ibrahim Khaliluddin menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1908.
  • 1903 : Sultan Brunei mengutus surat kepada Sultan Abdul Hamid II, Turki Usmaniyah karena Limbang (wilayah Brunei) direbut oleh Charles Brooke pada tahun 1890.
  • 1905 : Pangeran Ratu Sukma Negara menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1913.
  • 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra dari Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di pedalaman sungai Barito.
  • 15 September 1905 : Panglima Batur digantung Belanda.
  • 1906 : Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin menandatangani Perjanjian Protektorat Inggris atas Brunei dan menerima Sistem Residen di Brunei. Penggantinya, Muhammad Jamalul Alam II menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1924.
  • 1908 : Gusti Muhammad Saunan berkuasa di swapraja Kerajaan Matan sejak 1908-1944.
  • 1914 : Pangeran Ratu Sukma Alamsyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1939.
  • 1919 : Banjarmasin ibukota Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat otonomi pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin.
  • 1920 : Untuk menghindari rodi (erakan) yang dijalankan Belanda gelombang terakhir suku Banjar migrasi menyusuri jalur selatan Kalimantan Barat, pantai utara Bangka (Belinyu) menuju Kuala Tungkal dan Tembilahan selanjutnya menyebar ke Sumatera Utara, Batu Pahat dan Perak, Malaysia. Jalur ini merupakan jalur kuno migrasi Suku Maanyan ke Madagaskar.
  • 14 November 1920 : Sultan Aji Muhammad Parikesit menjadi Sultan Kutai XX.
  • 1923 : Nasional Borneo Kongres ke-1 diprakarsai oleh Sarekat Islam.
  • 1924 : Bulan April Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock mengunjungi Banjarmasin.
  • 1924 : Muhammad Ali Syafeiuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1926 dan di Brunei, Ahmad Tajuddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1950. Di Banjarmasin, J. De Haan menggantikan kedudukan C.J. Van Kempen sebagai residen Belanda sampai tahun 1929
  • 29 Maret-31 Maret 1924 : National Borneo Congres ke-2, dihadiri Sarekat Islam lokal dan wakil-wakil Perserikatan Dayak (non Islam).
  • 1926 : Muhammad Ibrahim Syafeiuddin menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1944.
  • 1929 : R. Koppenel menjadi residen Belanda di Banjarmasin sampai tahun 1931.
  • 1933 : W.G. Morggeustrom menjadi residen Belanda di Banjarmasin sampai 1937.
  • 12 Juni 1936: Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Tanjung Puting sebagai cagar alam dan suaka margasatwa.
  • 1938 : Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas eilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan, Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar.[49]
  • 1938 : Pemerintah Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas eilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan, Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar.[50] Residentie Wester Afdeeling van Borneo dan Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo menjadi sebuah Kegubernuran Borneo dengan dr. A. Haga sebagai gubernur sampai kedatangan Jepang. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin.
  • 1940 : Pangeran Ratu Anom Alamsyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1948.
  • 25 Desember 1941 : Jepang membom Lapangan Terbang Ulin, Landasan Ulin, Banjarbaru.
      Jaman Jepang
  • 21 Januari 1942 : Jepang menembak jatuh pesawat Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala.
  • 8 Februari 1942 : Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong, Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas selanjutnya menuju pedalaman Barito yaitu Puruk Cahu, dengan rencana untuk merebut kembali ibukota Borneo (Banjarmasin) dengan perang gerilya.
  • 10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki Banjarmasin, ibukota provinsi Borneo.[51]
  • 12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Banjarmasin dan daerahnya diserahkan kepada Pimpinan Pemerintahan Civil.
  • 13 Februari 1942 : Sakaguchi Detachment menduduki kota Banjarmasin.[52]
  • 3 Maret 1945 : Misi operasi Platypus mulai dijalankankan di Balikpapan.[53]
  • 5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya di Banjarmasin.
  • 18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa tertinggi pemerintah sipil meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito.
  • 1944 : Syarif Thaha Alkadrie menjadi Sultan Pontianak VII sampai tahun 1945.Muhammad Taufik menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1984.
  • 17 April 1945 : Rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
    Jaman NICA dan Federalisme
Setelah mengambil alih Kalimantan dari tangan Jepang, NICA mendesak kaum Federal Kalimantan untuk segera mendirikan Negara Kalimantan menyusul Negara Indonesia Timur yang telah berdiri. Maka dibentuklah Dewan Kalimantan Barat tanggal 28 Oktober 1946, yang menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat pada tanggal 27 Mei 1947; dengan Kepala Daerah, Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak dengan pangkat Mayor Jenderal. Wilayahnya terdiri atas 13 kerajaan sebagai swapraja seperti pada zaman Hindia Belanda yaitu Sambas, Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Tayan, Meliau, Sekadau, Sintang, Selimbau, Simpang, Sukadana dan Matan.
  
Pangeran Muhammad Noor
Dewan Dayak Besar dibentuk tanggal 7 Desember 1946, dan selanjutnya tanggal 8 Januari 1947 dibentuk Dewan Pagatan, Dewan Pulau Laut dan Dewan Cantung Sampanahan yang bergabung menjadi Federasi Kalimantan Tenggara. Kemudian tanggal 18 Februari 1947 dibentuk Dewan Pasir dan Federasi Kalimantan Timur, yang akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1947 bergabung menjadi Dewan Kalimantan Timur. Selanjutnya Daerah Kalimantan Timur menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Timur dengan Kepala Daerah, Sultan Aji Muhammad Parikesit dari Kesultanan Kutai dengan pangkat Kolonel. Daerah Banjar yang sudah terjepit daerah federal akhirnya dibentuk Dewan Banjar tanggal 14 Januari 1948.
Gubernur Kalimantan dalam pemerintahan Pemerintah RI di Yogyakarta, yaitu Pangeran Muhammad Noor, mengirim Cilik Riwut dan Hasan Basry dalam misi perjuangan mempertahankan kemerdekaan untuk menghadapi kekuatan NICA. Pada tanggal 17 Mei 1949, Letkol Hasan Basry selaku Gubernur Tentara ALRI Wilayah IV Pertahanan Kalimantan memproklamirkan sebuah Proklamasi Kalimantan yang isinya bahwa "Kalimantan" tetap sebagai bagian tak terpisahkan dari Negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Pemerintah Gubernur Militer ini merupakan upaya tandingan terhadap terbentuknya Dewan Banjar yang didirikan Belanda.
Di masa Republik Indonesia Serikat, Kalimantan menjadi beberapa satuan-kenegaraan yaitu :
  1. Daerah Istimewa Kalimantan Barat dengan ibukota Pontianak.
  2. Federasi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda.
  3. Dayak Besar dengan ibukota sementara Banjarmasin.
  4. Daerah Banjar dengan ibukota Banjarmasin.
  5. Federasi Kalimantan Tenggara dengan ibukota Kotabaru.
Sejak tahun 1938, Borneo-Hindia Belanda (Kalimantan) merupakan satu kesatuan daerah administratif di bawah seorang gubernur, yang berkedudukan di Banjarmasin, dan memiliki wakil di Volksrad. Wakil Kalimantan di Volksrad :
  1. Pangeran Muhammad Ali (sebelum 1935) digantikan anaknya,
  2. Pangeran Muhammad Noor (1935-1939) digantikan oleh,
  3. Mr. Tadjuddin Noor (1939-1945)
  • Gubernur Borneo
  1. Dr. A. Haga (1938-1942), gubernur dari Kegubernuran Borneo berkedudukan di Banjarmasin
  2. Pangeran Musa Ardi Kesuma (1942-1945), Ridzie Kalimantan Selatan dan Tengah
  3. Ir. Pangeran Muhammad Noor (2 September 1945), gubernur Kalimantan berkedudukan di Yogyakarta
  4. dr. Moerjani (14 Agustus 1950), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin
  5. Mas Subarjo (1953-1955), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin
  6. Raden Tumenggung Arya Milono (1955-1957), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin.
Pembentukan kembali provinsi Kalimantan tanggal 14 Agustus 1950 sesudah bubarnya RIS, diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan (dahulu bernama provinsi Kalimantan, salah satu provinsi pertama). Hingga tahun 1956 Kalimantan dibagi menjadi 3 provinsi, yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat. Selanjutnya pada tanggal 23 Mei 1957, secara resmi terbentuklah propinsi Kalimantan Tengah yang sebelumnya bernama Daerah Dayak Besar sebagai bentuk pemisahan diri dari Kalimantan Selatan, berdiri menjadi provinsi ke-17 yang independen.
  • 1945 : Sultan Hamid II menjadi Sultan Pontianak VIII sampai tahun 1950.
  • 6 Mei 1945 : Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN=Muhammad Noor)
  • 2 September 1945 : Pemerintahan Sukarno-Hatta melantik Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernur Kalimantan.
  • 17 Oktober 1945 : Penerjunan pertama pasukan payung Republik Indonesia di Desa Sambi, Arut Utara, Kotawaringin Barat (Palagan Sambi). Tanggal ini menjadi Hari Jadi Paskhas TNI AU.
  • 9 November 1945 : Pertempuran di Banjarmasin melawan Belanda.
  • 31 Januari 1946 : Di Yogyakarata, Presiden Sukarno menerima 32 pemuda Kalimantan[54]
  • 1946 : Pemerintahan perusahaan British North Borneo Company berakhir dan Sabah menjadi koloni dari British North Borneo sampai menjadi federasi Malaysia pada 1963.
  • 17 Mei 1949 : Proklamasi Kalimantan oleh Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
  • 1950 : Omar Ali Saifuddin III menjadi Sultan Brunei 1967.
  • 18 April 1950 : Pembubaran Dewan Dayak Besar, Dewan Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara.
[sunting] Jaman modern
  • 14 Agustus 1950 : Pembentukan provinsi Kalimantan setelah bubarnya RIS dengan gubernur dr. Moerjani, tetap diperingati sebagai Hari Jadi Propinsi Kalimantan Selatan.
  • 23 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, tokoh emansipasi wanita Kalimantan, sebelumnya diasingkan di Cianjur.
  • 4 Oktober 1956 : Sidang Kabinet memutuskan untuk memekarkan Propinsi Kalimantan menjadi tiga provinsi otonom.
  • 7 Desember 1956 : Kalimantan dipecah menjadi provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
  • 23 Mei 1957 : Pembentukan provinsi Kalimantan Tengah dimekarkan dari Kalimantan Selatan.
  • 1960 : Populasi Sarawak 745.000 jiwa, Borneo Utara (Sabah) 454.000 jiwa dan Brunei 84.000 jiwa.[55]
  • 8 Desember 1962 : Revolusi Brunei pecah yang dipimpin oleh Yassin Affandi dan pemberontak bersenjatanya (Tentara Nasional Kalimantan Utara).
  • 1963 : Sabah dan Sarawak bergabung dalam federasi Malaysia.
  • 1963 : Tanggal 20 Januari pemerintah Indonesia mencetuskan Konfrontasi terhadap Malaysia.[56]
  • 1964 : Bulan Mei, Presiden Sukarno mencetuskan Dwikora.[57]
  • 1967 : Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah menjadi Sultan Brunei XXIX hingga kini.
  • 1967 : Tanggal 28 Nopember, tentara Indonesia berperang melawan gerilyawan Komunis di perbatasan Sarawak.[58]
  • 4 Januari 1979 : Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan.
  • 1 Januari 1984 : Brunei Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
  • 1984 : Pangeran Ratu Winata Kusuma sebagai kepala rumah tangga Kesultanan Sambas.
  • 12 Mei 1984 : Penetapan Taman Nasional Tanjung Puting oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia.
  • 1999 : Haji Aji Muhammad Salehuddin II menjadi Raja Kutai Kartanegara XXI hingga kini.
  • 26 Mei - 29 Mei 2008 : Rakernas I Majelis Adat Dayak Nasional di Palangkaraya menuntut Otonomi Khusus untuk Kalimantan
  • 29 Desember 1996 : Awal kerusuhan Sambas.[59]
  • 2007 : Bulan Agustus, sebuah ekspedisi penelitian pulau Kalimantan menemukan spesies katak yang langka.[60]
      Kerajaan yang pernah ada
Daftar kerajaan-kerajaan sejak masa zaman Hindu sampai kerajaan-kerajaan yang didirikan oleh kolonial Belanda, diantaranya masih eksis yang sekarang disebut keraton saja, kecuali Brunei adalah :
Kalimantan Barat
  • Kerajaan Sambas
  • Kerajaan Batu Laras
  • Kerajaan Tanjungpura
  • Kerajaan Kendawangan
  • Kerajaan Landak
  • Panembahan Sukadana
  • Panembahan Sambas
  • Kesultanan Sukadana
  • Kesultanan Sambas
  • Kerajaan Sintang
  • Kerajaan Sanggau
  • Panembahan Mempawah
  • Panembahan Matan
  • Kerajaan Sekadau
  • Kerajaan Tayan
  • Kerajaan Meliau
  • Kesultanan Pontianak
  • Kerajaan Kubu
  • Kerajaan Simpang
  • Kerajaan Silat
  • Kerajaan Ambawang
  • Kerajaan Bunut
  • Kerajaan Piasak
  • Kerajaan Jongkong
  • Kerajaan Selimbau
  • Kerajaan Suhaid
  • Kerajaan Silawang
Kalimantan Timur
  • Kerajaan Tidung
  • Kesultanan Bulungan
  • Kesultanan Berau
  • Kesultanan Gunung Tabur
  • Kesultanan Sambaliung
  • Kutai Kartanegara
  • Kutai Martadipura
  • Pasir
Kalimantan Tengah
  • Kotawaringin
Kalimantan Selatan
  • Tanjung Puri
  • Kuripan
  • Negara Dipa
  • Negara Daha
  • Banjar
  • Tanah Bumbu
  • Bangkalaan
  • Batoe Litjin
  • Tjangtoeng
  • Manoenggoel
  • Tjingal
  • Sampanahan
  • Koensan
  • Pegatan
  • Poelau Laoet
  • Sabamba
  • Daftar provinsi di Indonesia sepanjang masa
     Referensi

  1. ^ borneo
  2. ^ borneol definition
  3. ^ 'Baru nah'
  4. ^ (Indonesia) Slamet Muljana, Tafsir sejarah Nagarakretagama, PT LKiS Pelangi Aksara, 2006 ISBN 9792552545, 9789792552546
  5. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 61. ISBN 9798451163.ISBN 9789798451164
  6. ^ (Inggris)MacKinnon, Kathy (1996). The ecology of Kalimantan. Oxford University Press. ISBN 9780945971733.ISBN 0-945971-73-7
  7. ^ (Inggris) Townsend, George Henry (1867). A manual of dates: a dictionary of reference to the most important events in the history of mankind to be found in authentic records (edisi ke-2). Warne. hlm. 160.
  8. ^ (Inggris) Keppel, Sir Henry (1846). The expedition to Borneo of H.M.S. Dido for the suppression of piracy: with extracts from the journal of James Brooke, esq. of Sarāwak. 2 (edisi ke-2). Chapman and Hall.
  9. ^ (Melayu)Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.
  10. ^ (Inggris) Crawfurd, John (1856). A descriptive dictionary of the Indian islands & adjacent countries. Bradbury & Evans. hlm. 65.
  11. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 70. ISBN 9798451163.ISBN 9789798451164
  12. ^ (Inggris) Crawfurd, John (1856). A descriptive dictionary of the Indian islands & adjacent countries. Bradbury & Evans. hlm. 65.
  13. ^ (Belanda) Blume, Carl Ludwig (1843). De Indische Bij. 1. H.W. Hazenburg. hlm. 333.
  14. ^ (Belanda) L. C. van Dijk, Ne©erland's vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Camobdja, Siam en Cochin-China, Scheltema, 1862
  15. ^ a b (Indonesia)Poesponegoro, Marwati Djoened (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. PT Balai Pustaka.
  16. ^ a b (Belanda)van Dijk, Ludovicus Carolus Desiderius (1862). Neêrlands vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China: een nagelaten werk. J. H. Scheltema. hlm. 137.
  17. ^ a b c d (Indonesia)Kiai Bondan, Amir Hasan (1953). Suluh Sedjarah Kalimantan. Bandjarmasin: Fadjar.
  18. ^ a b (Indonesia) Hermanus Johannes de Graaf, Puncak kekuasaan Mataram: politik ekspansi Sultan Agung, Grafitipers, 1986
  19. ^ (Indonesia) Abdul Gafar Pringgodigdo, Hassan Shadily, Ensiklopedi umum, Kanisius, 1973 ISBN 979-413-522-4, 9789794135228
  20. ^ (Inggris)Popular encyclopedia (1862). The Popular Encyclopedia: Or, Conversations Lexicon. Blackie. hlm. 631.
  21. ^ (Inggris) Thorn, Sir William (2004). The conquest of Java. Tuttle Publishing. ISBN 0794600735.ISBN 9780794600730
  22. ^ (Inggris) (1830) The Edinburgh Encyclopaedia. 3. Printed for W. Blackwood. hlm. 732.
  23. ^ Characteristics of the Diocese Diocese of Palangka Raya
  24. ^ (Inggris)=Muzium Brunei (1971). Brunei Museum journal. 2.
  25. ^ R. Suntharalingam, The British in Banjarmasin: An Abortive Attempt in Settlement 1700-1707
  26. ^ (Inggris) De Bow, James Dunwoody Brownson (1853). De Bow's review. 15. J.D.B. De Bow. hlm. 244.
  27. ^ (Inggris) MacGregor, M. P., John (1848). Commercial Statistics. hlm. 340.
  28. ^ (Inggris) Jedidiah Morse, Aaron Arrowsmith, Samuel Lewis (1819). The American universal geography: or, A view of the present state of all the kingdoms, states and colonies in the known world... (edisi ke-7). Published by Lincoln & Edmands, S.T. Armstrong, West, Richardson & Lord. hlm. 687.
  29. ^ (Inggris) (1751) The Gentleman's magazine, 21, hlm. 562
  30. ^ (Inggris)(1752) The True Briton. hlm. 63.
  31. ^ (Inggris) Pinkerton, John (1806). Modern geography: A description of the empires, kingdoms, states, and colonies; with the oceans, seas, and isles in all parts of the world... (edisi ke-2). T. Cadell. hlm. 479.
  32. ^ (Inggris) Tegg, Thomas (1829). London encyclopaedia; or, Universal dictionary of science, art, literature and practical mechanics: comprising a popular view of the present state of knowledge. 4. Printed for Thomas Tegg. hlm. 339.
  33. ^ Buginese on Borneo
  34. ^ (Inggris) Smedley, Edward (1845). Encyclopædia metropolitana; or, Universal dictionary of knowledge. hlm. 717.
  35. ^ (Indonesia) Rosihan Anwar, Sejarah kecil "petite histoire" Indonesia, Jilid 1, Penerbit Buku Kompas, 2004 ISBN 979-709-141-4, 9789797091415
  36. ^ Padoeka Ratoe IMAN OEDDIN, Pangeran jang bertachta karadja'an KOTARIENG'AN(Belanda) Philippus Pieter Roorda van Eysinga, Handboek der land- en volkenkunde, geschiedtaal-, aardrijks- en staatkunde von Nederlandsch Indie. 3 boeken (in 5 pt.), 1841
  37. ^ (Inggris) Hamilton, Walter (M. R. A. S.) (1828). The East Indian gazetteer: containing particular descriptions of the empires, kingdoms, principalities, provinces, cities, towns, districts, fortresses, harbours, rivers, lakes, &c. of Hindostan, and the adjacent countries, India beyond the Ganges, and the Eastern archipelago; together .... 1 (edisi ke-2). Printed for Parbury, Allen and Co.. hlm. 283.
  38. ^ (Inggris) Royal Geographical Society (Great Britain), Norton Shaw, Hume Greenfield, Henry Walter Bates (1853). The Journal of the Royal Geographical Society .... 23. J. Murray. hlm. 85.
  39. ^ (Inggris) McCulloch, John Ramsay (1841). A Dictionary, Geographical, Statistical, and Historical: Of the Various Countries, Places and Principal Natural Objects in the World. 1. Longman, Orme, Brown, Green and Longmans. hlm. 414.
  40. ^ (Indonesia) Th. van den End, Ragi Carita 1, Jilid 1 dari Ragi carita: sejarah gereja di Indonesia, BPK Gunung Mulia, 1987, ISBN 979-415-188-2, 9789794151884
  41. ^ (Inggris) Britain. Parliament, Great (1851). The Parliamentary debates (Authorized edition). 118. H. M. Stationery Office. hlm. 118.
  42. ^ (Indonesia)Poesponegoro (1992). Sejarah nasional Indonesia: Nusantara di abad ke-18 dan ke-19. Indonesia: PT Balai Pustaka. hlm. 275. ISBN 979-407-410-1.ISBN 9789794074107
  43. ^ (Belanda) J. B. J Van Doren (1860). Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz. 1. J. D. Sybrandi. hlm. 241.
  44. ^ (Inggris) Cilacap (1830-1942): bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa. Kepustakaan Populer Gramedia. 3 Juli 2002. ISBN 9789799023698.ISBN 979-9023-69-6
  45. ^ (Indonesia) Tamar Djaja, Pustaka Indonesia: riwajat hidup orang-orang besar tanah air, Volume 2, Bulan Bintang, 1966
  46. ^ (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah nasional Indonesia: Nusantara di abad ke-18 dan ke-19, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN 979-407-410-1, 9789794074107
  47. ^ (Inggris) Rottman, Gordon L. (2002). World War 2 Pacific island guide. Greenwood Publishing Group. hlm. 205. ISBN 0313313954. 9780313313950
  48. ^ (Inggris) Olson, James Stuart (1991). Historical dictionary of European imperialism. hlm. 70. ISBN 0313262578.ISBN 9780313262579
  49. ^ (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah nasional Indonesia: Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN 979-407-411-X, 9789794074114
  50. ^ (Indonesia) -Poesponegoro, Marwati Djoened (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda. PT Balai Pustaka. ISBN 979407411X.ISBN 9789794074114
  51. ^ (Inggris) Keat Gin Ooi, The Japanese Occupation of Borneo, 1941-45 Routledge Studies in the Modern History of Asia, Taylor & Francis, 2011 ISBN 0-415-45663-0, 9780415456630
  52. ^ (Inggris) Rottman, Gordon L. (2002). World War 2 Pacific island guide. Greenwood Publishing Group. ISBN 0-313-31395-4.ISBN 9780313313950
  53. ^ (Inggris) A. B. Feuer, Australian commandos: their secret war against the Japanese in World War II, Stackpole Military history series, Stackpole Books, 2006, ISBN 0-8117-3294-0, 9780811732949
  54. ^ (Indonesia) Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, Ediati Kamil, Kronik revolusi Indonesia, Volume 1, Kepustakaan Populer Gramedia, 1999 ISBN 979-9023-27-0, 9789799023278. Diakses 3 September 2010]
  55. ^ The Malaysian Federation, Indonesia and the Philippines: A Study in Political Geography, The Geographical Journal, Sep., 1963
  56. ^ Indonesia, Malaya, and the North Borneo Crisis, Asian Survey, Apr., 1963
  57. ^ (Inggris)Davidson, Jamie (1995). From rebellion to riots: collective violence on Indonesian Borneo. NUS Press. hlm. 54. ISBN 9971694271. ISBN 978-9971-69-427-2
  58. ^ The Sarawak-Indonesia Border Insurgency
  59. ^ (Indonesia) van Klinken, Gerry (2007). Perang Kota Kecil. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 93. ISBN 9794616524. ISBN 978-979-461-652-9
  60. ^ Kalimantan - Indonesia